CakrawalaTekno
Kominfo Ungkap Penyebab Lambatnya 5G di Indonesia
Rifinet.com Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkap alasan di balik lambatnya pengembangan jaringan 5Gdi Indonesia. Direktur Pengembangan Pita Lebar Kominfo, Marvel P. Situmorang, menjelaskan bahwa cakupan sinyal 5G saat ini baru mencapai 2,5% permukiman, meskipun teknologi ini telah tersedia sejak pertengahan 2021.
Salah satu tantangan utama adalah masalah klasik “ayam dan telur” antara pasokan dan permintaan. “Sebagai operator, pertanyaan utamanya adalah apakah permintaan 5G sudah ada?” ungkap Marvel. Contohnya, untuk mengoperasikan bus tanpa awak di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang membutuhkan jaringan 5G dengan sensor-sensor canggih, apakah permintaan untuk layanan semacam ini sudah cukup besar?
Selain itu, ketersediaan infrastruktur pendukung juga menjadi kendala. “Infrastruktur pendukungnya belum cukup. Sensor-sensor tersebut harus terhubung oleh backhaul yang handal, tidak boleh lagi pakai microwave, harus fiber optik,” jelas Marvel. Hal ini disebabkan karena jaringan 5G memerlukan latensi yang sangat rendah dan kualitas yang tinggi.
Berbeda dengan 4G yang merata di seluruh Indonesia, sinyal 5G lebih banyak dibutuhkan di kota-kota besar untuk mendukung teknologi seperti robot dan kendaraan tanpa supir. “Intinya, demand 5G belum terlihat jelas. Jadi, kembali lagi ke strategi masing-masing korporat,” tambah Marvels.
Meskipun semua operator seluler di Indonesia telah mengantongi izin operasi 5G, baru Telkomsel dan Indosat Ooredoo Hutchison yang menyediakan paket khusus 5G. Keterbatasan spektrum frekuensi juga menjadi hambatan, karena spektrum yang ada saat ini masih dibagi dengan layanan 4G.
Kominfo terus berupaya mengatasi tantangan ini dengan mendorong investasi infrastruktur, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat 5G, dan mencari solusi untuk masalah spektrum frekuensi. Harapannya, pengembangan 5G di Indonesia dapat dipercepat untuk mendukung transformasi digital dan pertumbuhan ekonomi.