Connect with us

DenyutPasar

Misteri di Balik Divestasi Putera Sampoerna dari Bank Sampoerna

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Nama Putera Sampoerna selalu identik dengan kerajaan bisnis tembakau HM Sampoerna. Namun, sedikit yang tahu bahwa sang maestro bisnis ini pernah menjajal peruntungan di dunia perbankan dengan mendirikan Bank Sampoerna. Namun, kisah Putera Sampoerna dan Bank Sampoerna tidak berakhir lama. Pada tahun 1992, Putera Sampoerna mengambil keputusan mengejutkan dengan menjual sebagian besar sahamnya di Bank Sampoerna International. Apa yang sebenarnya melatarbelakangi divestasi ini?

Hingga kini, alasan pasti di balik keputusan Putera Sampoerna melepas kepemilikan di Bank Sampoerna masih menjadi teka-teki. Berbagai spekulasi bermunculan, namun tak ada konfirmasi resmi yang menjelaskan alasan di balik langkah bisnis tersebut.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Putera Sampoerna ingin memfokuskan sumber daya dan perhatiannya pada bisnis inti keluarga, yaitu industri rokok. Saat itu, industri rokok tengah menghadapi tantangan berat, di antaranya meningkatnya cukai rokok dan ketatnya regulasi. Fokus pada bisnis rokok dianggap strategi penting untuk menjaga kelangsungan dan kepemimpinan HM Sampoerna di pasar.

“Putera Sampoerna memiliki visi yang sangat fokus. Ia ingin memastikan HM Sampoerna tetap menjadi pemain dominan di industri rokok. Keputusan untuk melepas Bank Sampoerna kemungkinan besar diambil untuk menghindari terpecahnya fokus dan sumber daya,” ujar seorang pengamat industri yang enggan disebutkan namanya.

Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa Putera Sampoerna menilai potensi pertumbuhan industri perbankan saat itu belum semenarik sektor lain. Pada awal 1990-an, industri perbankan Indonesia masih dalam tahap perkembangan dan dibayangi oleh berbagai tantangan, seperti tingkat kredit macet yang tinggi dan infrastruktur yang masih terbatas.

Advertisement

Di sisi lain, keputusan Putera Sampoerna untuk melepas Bank Sampoerna juga dapat dilihat sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi perubahan lanskap industri keuangan. Deregulasi perbankan pada era 1990-an membuka peluang masuknya pemain-pemain baru yang lebih besar dan kuat. Dalam kondisi seperti itu, mempertahankan eksistensi Bank Sampoerna membutuhkan investasi dan komitmen yang sangat besar.

“Putera Sampoerna adalah seorang pebisnis yang cerdas dan visioner. Ia mampu membaca peluang dan tantangan di masa depan. Keputusan untuk melepas Bank Sampoerna bisa jadi merupakan langkah antisipatif untuk menghindari persaingan yang semakin ketat di industri perbankan,” ungkap seorang analis keuangan.

Meskipun telah melepas Bank Sampoerna, Putera Sampoerna tidak kapok untuk berinvestasi di sektor keuangan. Melalui Sampoerna Strategic Group, keluarga Sampoerna kembali mendirikan bank dengan nama Bank Sampoerna pada tahun 2014. Bank Sampoerna yang baru ini fokus pada pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Keputusan Putera Sampoerna untuk menjual saham Bank Sampoerna pada tahun 1992 menunjukkan ketajaman insting bisnis dan kemampuannya dalam mengambil keputusan strategis. Meskipun alasan pastinya masih menjadi misteri, divestasi ini menjadi bagian penting dari perjalanan bisnis Putera Sampoerna dan keluarga Sampoerna dalam menavigasi dinamika dunia usaha di Indonesia. (alief/syam)

Advertisement