RuangMaya
X Beroprasi Lagi di Brasil, Setelah Elon Musk Tunduk dan Bayar Denda 81,3 Miliar

Rifinet.com, Jakarta– Platform media sosial X, yang sebelumnya kita kenal sebagai Twitter, akhirnya bisa diakses kembali di Brasil setelah melalui drama pemblokiran selama lima minggu. Pemblokiran tersebut dicabut setelah Elon Musk, sang pemilik X, menyerah dan memenuhi tuntutan pemerintah Brasil, termasuk membayar denda sebesar US$5,2 juta atau setara dengan Rp81,3 miliar.
Perseteruan bermula ketika Musk menolak mematuhi perintah pengadilan Brasil untuk memblokir sejumlah akun yang dituding menyebarkan disinformasi dan ujaran kebencian, terutama menjelang Pemilihan Presiden Brasil 2022 lalu. Musk bersikeras bahwa pemblokiran akun-akun tersebut akan melanggar prinsip kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi oleh X.
Penolakan Musk tersebut berujung pada keputusan Hakim Agung Alexandre de Moraes yang memerintahkan pemblokiran X pada 31 Agustus 2024. Keputusan ini didukung oleh panel hakim di Mahkamah Agung Brasil (Supremo Tribono Federal). Moraes berargumen bahwa X telah berulang kali mengabaikan permintaan pengadilan untuk mengendalikan penyebaran konten berbahaya di platformnya.
Pemblokiran X di Brasil, negara dengan 20 juta pengguna aktif, sontak menimbulkan kegaduhan. Banyak pengguna yang kehilangan akses ke informasi dan sarana komunikasi. Di sisi lain, platform pesaing seperti Bluesky dan Threads justru diuntungkan dengan situasi ini. Data SimilarWeb menunjukkan adanya lonjakan pengguna baru di kedua platform tersebut selama X diblokir.
Tekanan tidak hanya datang dari pengguna. Para investor X juga menuntut Musk untuk segera menyelesaikan perselisihan dengan pemerintah Brasil. Ancaman denda harian dan pembekuan akun bisnis X serta Starlink, penyedia layanan internet satelit milik SpaceX yang juga beroperasi di Brasil, semakin memperkuat desakan tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Correio Brasil.
Musk, yang awalnya bersikap keras, akhirnya melunak. Selain membayar denda yang dijatuhkan, X juga memblokir akun-akun yang dipermasalahkan, menunjuk perwakilan hukum di Brasil, dan memulihkan kembali operasional kantornya di negara tersebut.
Mahkamah Agung Brasil menyatakan bahwa X telah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan oleh Hakim Alexandre de Moraes. “Perusahaan (X) mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Hakim Alexandre de Moraes, dan platform tersebut dapat digunakan kembali oleh warga Brasil,” demikian pernyataan resmi Mahkamah Agung Brasil.
Kabar pencabutan blokir X disambut gembira oleh masyarakat Brasil. G1 Globo melaporkan bahwa pengguna kembali dapat mengakses X pada Selasa (8/10) waktu setempat.
“X dengan bangga kembali ke Brasil,” tulis X melalui akun urusan pemerintah globalnya. “Memberi puluhan juta akses Brasil ke platform kami yang sangat diperlukan adalah yang terpenting sepanjang seluruh proses ini. Kami akan terus membela kebebasan berbicara, dalam batas-batas hukum, di mana pun kami beroperasi.”
Kasus X di Brasil ini menyingkapkan ketatnya regulasi internet di negara tersebut. Pemerintah Brasil sangat aktif dalam upaya membatasi penyebaran ujaran kebencian, hasutan kekerasan, disinformasi politik, dan konten yang berpotensi membahayakan institusi demokrasi.
Salah satu aturan yang cukup ketat adalah kewajiban platform teknologi untuk memiliki perwakilan hukum di Brasil. Tujuannya adalah untuk memudahkan koordinasi dan penegakan hukum terkait konten yang bermasalah. Keberadaan perwakilan hukum diharapkan dapat mempercepat proses penanganan konten ilegal dan memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan platform teknologi.
Namun, regulasi yang ketat ini juga menimbulkan tantangan tersendiri, terutama dalam menyeimbangkan kebebasan berpendapat dengan kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keamanan publik. Diperlukan kebijakan yang bijaksana agar regulasi tidak justru membatasi inovasi dan kreativitas di ruang digital.
Kembalinya X di Brasil merupakan kabar baik bagi perusahaan. Brasil merupakan salah satu pasar penting bagi X dengan basis pengguna yang besar. Kehilangan akses ke pasar Brasil tentu akan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan dan pendapatan perusahaan.
Peristiwa ini juga memberikan pelajaran berharga bagi X dan industri media sosial secara umum. Platform media sosial perlu menyesuaikan diri dengan regulasi lokal di setiap negara tempat mereka beroperasi. Mengabaikan aturan yang berlaku dapat berujung pada konsekuensi yang serius, seperti pemblokiran akses dan denda yang besar.
Diperlukan strategi moderasi konten yang efektif untuk mencegah penyebaran konten berbahaya, sambil tetap menghormati prinsip kebebasan berpendapat. Kolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya juga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan bertanggung jawab.
Kasus pemblokiran dan kembalinya X di Brasil menunjukkan kompleksitas dinamika antara platform media sosial, pemerintah, dan pengguna. Kebebasan berpendapat, moderasi konten, dan regulasi internet merupakan isu-isu krusial yang perlu terus didiskusikan dan dicarikan solusinya secara bersama-sama. Hanya dengan cara itu, kita dapat menciptakan ruang digital yang inklusif, aman, dan bermanfaat bagi semua. (nova/fine)
