RuangMaya
Australia Blokir TikTok Cs untuk Anak di Bawah 16 Tahun
Rifinet.com, Jakarta– Pemerintah Australia berencana memberlakukan larangan akses media sosial bagi anak di bawah 16 tahun. Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkan rencana ini pada Kamis (7/11/2024), menyatakan bahwa undang-undang baru tersebut akan diajukan ke parlemen akhir tahun ini dan diharapkan dapat berlaku efektif 12 bulan setelah disahkan.
Kebijakan ini menjadikan Australia sebagai salah satu negara pertama di dunia yang mengambil langkah tegas dalam mengurangi dampak negatif media sosial terhadap anak-anak dan remaja. Larangan ini akan mencakup platform populer seperti TikTok, Instagram, dan Facebook, dan dianggap sebagai salah satu yang paling ketat secara global karena tidak memberikan pengecualian, bahkan bagi anak yang telah mendapat izin orang tua.
“Media sosial merusak anak-anak kita, dan saya memutuskan untuk menghentikannya,” tegas Albanese dalam konferensi pers. Ia menyoroti risiko kesehatan mental dan fisik yang ditimbulkan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan, termasuk dampak negatif terhadap citra tubuh anak perempuan dan paparan konten misoginis yang menargetkan anak laki-laki.
“Jika Anda seorang anak berusia 14 tahun yang terpapar hal-hal tersebut, pada saat Anda menjalani perubahan besar dalam hidup menuju kedewasaan, itu bisa menjadi masa yang sangat sulit,” tambah Albanese.
Untuk memastikan efektivitas larangan ini, pemerintah Australia akan menguji coba sistem verifikasi usia yang canggih. Metode yang sedang dipertimbangkan meliputi biometrik dan identifikasi pemerintah. Sistem ini diharapkan dapat memblokir anak-anak di bawah usia 16 tahun dari mengakses platform media sosial, meskipun detail implementasinya masih dalam tahap perencanaan.
Albanese menekankan bahwa tanggung jawab untuk menegakkan larangan ini akan berada di pundak platform media sosial. “Tanggung jawab akan dibebankan pada platform media sosial untuk menunjukkan bahwa mereka telah mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mencegah akses,” ujarnya.
Menariknya, rencana Australia ini sejalan dengan langkah Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, yang berencana menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi pengguna di bawah umur di Instagram. Sistem yang disebut “pengklasifikasi dewasa” ini akan menganalisis data akun, termasuk pola interaksi, daftar pengikut, dan postingan “selamat ulang tahun” untuk memprediksi usia pengguna.
“Pengguna yang teridentifikasi berusia di bawah 18 tahun akan secara otomatis beralih ke akun remaja, yang dilengkapi pengaturan privasi yang lebih ketat,” ungkap Allison Hartnett, Direktur Manajemen Produk Meta.
Kebijakan Australia ini telah menuai beragam reaksi. Banyak pihak, terutama orang tua dan pakar kesehatan mental, menyambut baik langkah ini sebagai upaya melindungi anak-anak dari dampak negatif media sosial. Namun, ada juga yang mengkritiknya sebagai pembatasan kebebasan dan mempertanyakan efektivitas sistem verifikasi usia.
Beberapa ahli berpendapat bahwa larangan ini mungkin sulit ditegakkan dan dapat mendorong anak-anak untuk mencari cara lain untuk mengakses media sosial, termasuk dengan memalsukan identitas. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa larangan ini dapat menghambat akses anak-anak terhadap informasi dan peluang positif yang ditawarkan oleh media sosial.
Penerapan larangan ini diperkirakan akan menghadapi berbagai tantangan. Pemerintah Australia perlu bekerja sama dengan platform media sosial untuk mengembangkan sistem verifikasi usia yang efektif dan memastikan bahwa larangan ini tidak berdampak negatif pada hak dan kebebasan anak-anak.
Di sisi lain, kebijakan ini juga menawarkan peluang untuk mempromosikan penggunaan media sosial yang lebih bertanggung jawab dan mendorong platform media sosial untuk lebih memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan pengguna muda.
Langkah Australia dalam melarang akses media sosial bagi anak di bawah 16 tahun merupakan langkah berani yang menempatkan keselamatan dan kesejahteraan anak sebagai prioritas utama. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kebijakan ini memiliki potensi untuk menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengatasi dampak negatif media sosial terhadap generasi muda.
Ke depannya, penting bagi pemerintah Australia untuk terus memantau dan mengevaluasi efektivitas larangan ini, serta melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar memberikan manfaat bagi anak-anak dan remaja di Australia. (nova/fine)