Connect with us

CakrawalaTekno

Windows 10 Akan Pensiun, Siap-siap Upgrade!

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Waktu terus berjalan tak kenal ampun, menghitung mundur menuju akhir dukungan untuk Windows 10. Tanggal 14 Oktober 2025 telah ditetapkan Microsoft sebagai batas akhir, menandai berakhirnya era sistem operasi yang masih setia menemani jutaan orang di seluruh dunia. Kurang dari setahun lagi, para pengguna Windows 10 akan dihadapkan pada persimpangan jalan: beralih ke Windows 11, merogoh kocek dalam-dalam untuk perpanjangan dukungan, atau mengambil risiko dengan tetap bertahan pada sistem yang tak lagi diperbarui.

Situasi ini semakin pelik dengan adanya persyaratan ketat yang diberlakukan Microsoft untuk upgrade ke Windows 11. Keharusan memiliki Trusted Platform Module (TPM) 2.0 dan kompatibilitas prosesor generasi terbaru (2018 ke atas) telah menciptakan kesenjangan digital, menghalangi sebagian besar pengguna Windows 10 untuk beranjak ke sistem operasi terbaru. TPM 2.0, sebuah chip keamanan yang bertugas melindungi data dengan enkripsi dan menjamin integritas sistem, sudah menjadi standar di perangkat modern. Sayangnya, banyak PC lawas, terutama yang dirilis sebelum 2016, tidak dilengkapi dengan fitur krusial ini.

David McAllister, analis dari Forrester Research, menyoroti bahwa kebijakan Microsoft yang mewajibkan TPM 2.0 memang bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan mencegah serangan siber. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga telah menimbulkan kebingungan dan frustrasi bagi banyak pengguna yang terkendala dalam memenuhi persyaratan tersebut.

Persoalan lainnya adalah syarat prosesor minimal generasi ke-8 Intel atau AMD Ryzen seri 2000 untuk menjalankan Windows 11. Kebijakan ini otomatis menyingkirkan sejumlah besar pengguna yang masih setia dengan prosesor generasi lama. McAllister menambahkan bahwa banyak pengguna, terutama di negara berkembang, masih menggunakan perangkat lama karena keterbatasan ekonomi. Upgrade perangkat keras agar kompatibel dengan Windows 11 bukanlah pilihan yang mudah bagi mereka.

Berdasarkan data Statcounter per Oktober 2024, Windows 10 masih merajai pangsa pasar sistem operasi desktop dengan 68,77%, diikuti oleh Windows 11 dengan 23,09%. Meskipun Windows 11 menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, jumlah pengguna Windows 10 yang terancam tertinggal tidak bisa diabaikan begitu saja. Jutaan orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, masih bergantung pada Windows 10 untuk aktivitas sehari-hari, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan.

Advertisement

Lalu, apa yang menanti mereka yang memilih untuk tetap bertahan dengan Windows 10 setelah 14 Oktober 2025? Jawabannya adalah risiko keamanan. Microsoft tidak akan lagi merilis pembaruan keamanan untuk Windows 10, membuat perangkat rentan terhadap serangan siber. Tanpa patch keamanan reguler, celah keamanan pada sistem operasi dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk mencuri data, menginstal malware, atau bahkan mengambil alih kendali perangkat.

Bagi pengguna rumahan yang tidak menyimpan data sensitif, risiko ini mungkin masih dapat ditoleransi. Namun, bagi perusahaan yang mengelola data penting, menggunakan Windows 10 tanpa dukungan keamanan adalah tindakan yang sangat berbahaya.

Di tengah kegamangan ini, muncul secercah harapan dari perusahaan pihak ketiga yang menawarkan layanan pembaruan keamanan tidak resmi untuk Windows 10. Salah satunya adalah 0patch, sebuah perusahaan keamanan siber yang berfokus pada penyediaan micropatch untuk menambal celah keamanan kritis.

Micropatch yang ditawarkan 0patch berukuran kecil dan dapat diinstal dengan mudah tanpa memerlukan reboot sistem. Layanan ini dirancang untuk memberikan perlindungan keamanan esensial bagi pengguna Windows 10 yang tidak lagi mendapatkan dukungan resmi dari Microsoft.

Mitja Kolsek, CEO 0patch, menegaskan komitmen perusahaannya untuk memberikan alternatif yang terjangkau dan efektif bagi mereka yang ingin tetap menggunakan Windows 10. Kolsek memahami bahwa banyak pengguna yang tidak dapat memenuhi persyaratan Windows 11 atau tidak mampu membayar biaya Extended Security Update (ESU), program berbayar yang memberikan perpanjangan dukungan keamanan bagi Windows 10 hingga tiga tahun setelah batas akhir dukungan resmi.

Advertisement

ESU memang menjadi solusi bagi perusahaan yang memiliki alasan kuat untuk tetap menggunakan Windows 10, misalnya karena kompatibilitas aplikasi atau perangkat keras spesifik. Namun, biaya yang mahal – USD 61 per perangkat di tahun pertama dan meningkat dua kali lipat di tahun berikutnya – membuat opsi ini tidak terjangkau bagi semua kalangan.

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan para pengguna Windows 10. Upgrade ke Windows 11, merogoh kocek dalam-dalam untuk ESU, mengambil risiko dengan tetap menggunakan Windows 10 tanpa dukungan, atau mencari alternatif lain seperti 0patch, semuanya memiliki konsekuensi masing-masing. Satu hal yang pasti, perjalanan Windows 10 akan segera berakhir. Saatnya bagi para pengguna untuk mempersiapkan diri menghadapi era baru Windows 11 atau mencari alternatif lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi mereka. (nova/fine)