FinTech
Seabank Juara Ngumpulin Dana Nasabah, Gimana Nasib Bank Digital Lain?
Rifinet.com, Jakarta – Persaingan sengit antar bank digitaldi Indonesia semakin memanas, terutama dalam upaya menghimpun dana pihak ketiga (DPK) dari nasabah.
Strategi yang paling mencolok adalah perang suku bunga tinggi, dengan beberapa bank digital menawarkan bunga deposito hingga 8% per tahun, jauh melampaui tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 4,25%.
Seabank Memimpin, Bank Neo dan Bank Jago Menyusul
Data per Mei 2024 menunjukkan Seabank, bank digital milik raksasa teknologi Sea Group (induk Shopee), memimpin perolehan DPK dengan total Rp24,18 triliun.
Meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar 1,35% secara tahunan (yoy), posisi Seabank tetap tak tergoyahkan. Pendanaan mereka ditopang oleh kombinasi dana murah (CASA) sebesar Rp15,24 triliun dan deposito berbunga tinggi yang mencapai Rp8,93 triliun.
Bank Neo Commerce (BBYB) membayangi di posisi kedua dengan DPK Rp14,77 triliun. Meskipun mengalami penurunan 3,51% yoy, bank yang didukung oleh Akulaku ini berhasil meningkatkan dana murahnya sebesar 11,89% yoy menjadi Rp4,11 triliun.
Tidak mau kalah, Bank Jago (ARTO) mencatatkan pertumbuhan DPK paling signifikan, melesat 41,33% yoy menjadi Rp14,44 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan dana murah dan deposito, masing-masing sebesar 31,27% dan 64,94% yoy.
Strategi Bunga Tinggi
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, menegaskan bahwa LPS tidak melarang bank menawarkan bunga di atas tingkat penjaminan, namun menekankan pentingnya transparansi kepada nasabah. “Saat memberikan bunga simpanan lebih tinggi, harus transparan ke masyarakat,” ujarnya.
Presiden Direktur Seabank, Sasmaya Tuhuleley, menjelaskan bahwa model bisnis bank digital yang berbeda memungkinkan mereka menawarkan bunga tinggi. “Bunga lending [bank digital] juga gede, jadinya berani kasih bunga funding tinggi,” katanya.
Namun, tidak semua bank digital mengandalkan bunga tinggi sebagai satu-satunya strategi. Head of Finance, Technology & Operations Bank Jago, Supranoto Prajogo, menekankan pentingnya unique value proposition (UVP) yang berkelanjutan. “Bank Jago percaya dengan UVP kami, yaitu menyediakan solusi keuangan digital yang berfokus pada kehidupan dan tertanam di dalam ekosistem digital,” ucapnya.
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, memprediksi tren bunga tinggi akan terus berlanjut hingga tiga tahun ke depan. “Apalagi, tren perebutan dana di pasar makin ketat karena bank juga harus bersaing dengan surat utang pemerintah yang bunganya tinggi,” ujarnya.
Selain persaingan dengan instrumen investasi lain, bank digital juga perlu memperhatikan risiko likuiditas dan kredit yang mungkin timbul akibat strategi bunga tinggi.
Namun, jika dikelola dengan baik, strategi ini dapat menjadi peluang besar untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperluas jangkauan layanan keuangan digital di Indonesia.
Daftar Lengkap Bank Digital dengan Simpanan Terbesar (Mei 2024):
- Seabank: Rp24,18 triliun
- Bank Neo Commerce (BBYB): Rp14,77 triliun
- Bank Jago (ARTO): Rp14,44 triliun
- Hibank: Rp10,46 triliun
- BCA Digital (Blu): Rp10,4 triliun
- Bank Raya (AGRO): Rp7,86 triliun
- Allo Bank (BBHI): Rp5 triliun
Catatan:Data per Mei 2024, sumber: Laporan Keuangan Bank
Perang suku bunga tinggi di industri bank digital Indonesia masih jauh dari usai. Seabank memimpin, namun para pesaingnya terus berinovasi untuk menarik nasabah.
Keberhasilan strategi ini akan bergantung pada kemampuan bank digital dalam menyeimbangkan pertumbuhan DPK dengan manajemen risiko yang efektif.