RaksasaBisnis
Samsung Akui Chip AI-nya Kalah Saing
Rifinet.com – Samsung Electronics, raksasa teknologi asal Korea Selatan, baru-baru ini menyampaikan permintaan maaf kepada publik dan investor atas proyeksi kinerja kuartal ketiga yang mengecewakan. Perusahaan mengakui bahwa mereka terlambat dalam merespons permintaan pasar chip AI kelas atas, khususnya High Bandwidth Memory(HBM), yang berdampak signifikan pada pendapatan mereka. Keterlambatan ini membuat Samsung kehilangan pangsa pasar dari pesaing utama mereka, SK Hynix, yang telah lebih dulu mengamankan kontrak pengadaan chip HBM untuk Nvidia, produsen chip grafis terkemuka dunia.
Samsung memproyeksikan laba kuartal ketiga hanya mencapai 9,1 triliun won (sekitar Rp 105,6 triliun), jauh di bawah ekspektasi pasar yang diprediksi LSEG SmartEstimate sebesar 10,3 miliar won (Rp 119,6 triliun). Meskipun angka ini menunjukkan peningkatan dari periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 2,43 triliun won (sekitar Rp 28,2 triliun), terjadi penurunan signifikan dibandingkan kuartal kedua tahun ini yang mencapai 10,44 triliun won (Rp 121,1 triliun).
Dalam pernyataan resminya yang disampaikan oleh Young Hyun Jun, Wakil Ketua Divisi Solusi Perangkat Samsung Electronics, perusahaan mengakui bahwa mereka terlambat dalam memasok chip HBM ke pasar. “Kami mengakui bahwa kami terlambat dalam merespons permintaan pasar chip AI,” ujar Young Hyun Jun. “Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang daya saing teknologi kami, dan beberapa pihak menyebutnya sebagai krisis yang dihadapi Samsung.”
Chip HBM merupakan komponen vital untuk sistem kecerdasan buatan (AI) generatif, yang tengah meningkat permintaannya secara eksponensial. Keterlambatan Samsung dalam memenuhi permintaan pasar ini membuat mereka kehilangan peluang emas untuk memperoleh pendapatan yang signifikan.
Selain keterlambatan di pasar chip AI, Samsung juga menghadapi persaingan ketat di pasar chip memori konvensional. Produsen chip asal China semakin agresif dengan meningkatkan pasokan chip konvensional dengan harga yang lebih kompetitif. Hal ini memberi tekanan pada margin keuntungan Samsung dan memaksa mereka untuk lebih bergantung pada chip tradisional dengan margin yang lebih rendah.
Analis industri menyoroti risiko yang dihadapi Samsung dari persaingan dengan pemain China. Menurut TrendForce, sebuah firma riset pasar semikonduktor, pangsa pasar Samsung di pasar DRAM global turun menjadi 43,7% pada kuartal kedua tahun 2024, sementara pangsa pasar SK Hynix naik menjadi 29,7%. Peningkatan pangsa pasar SK Hynix ini sebagian besar didorong oleh keberhasilan mereka dalam memasok chip HBM ke Nvidia.
Penurunan permintaan smartphone dan PC juga turut mempengaruhi kinerja Samsung. Menurut Gartner, pengiriman PC global turun 16,6% pada kuartal kedua tahun 2024. Penurunan ini berdampak pada permintaan chip memori, yang merupakan komponen penting dalam perangkat tersebut.
Proyeksi kinerja yang mengecewakan ini memicu keprihatinan di kalangan investor. Saham Samsung Electronics mengalami penurunan sebesar 2,7% pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Korea pada hari Selasa (8/10/2024), setelah perusahaan mengumumkan proyeksi laba kuartal ketiganya. Investor khawatir bahwa Samsung akan kesulitan untuk mengejar ketertinggalan mereka di pasar chip AI dan mempertahankan posisi dominan mereka di pasar semikonduktor global.
Lee Min Hee, analis di BNK Investment & Securities, memperkirakan pendapatan kuartal Samsung tidak akan membaik dalam waktu dekat. “Samsung perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar chip AI dan mengatasi tantangan dari persaingan dengan produsen chip China,” ujar Lee.
Meskipun menghadapi tantangan yang signifikan, Samsung tidak tinggal diam. Perusahaan menyatakan komitmen mereka untuk meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan chip AI dan mempercepat produksi chip HBM untuk memenuhi permintaan pasar. Samsung berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi chip HBM mereka sebesar dua kali lipat pada tahun 2024.
Samsung juga berfokus pada pengembangan chip memori generasi selanjutnya dengan kapasitas dan kecepatan yang lebih tinggi, seperti DDR5 dan LPDDR5X. Chip memori ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan pendapatan Samsung di masa depan, seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi 5G, kecerdasan buatan, dan otomotif.
Selain itu, Samsung juga mengeksplorasi peluang di pasar baru seperti otomotif dan Internet of Things (IoT). Samsung telah mendirikan sebuah divisi baru yang berfokus pada pengembangan solusi otomotif, dan mereka juga aktif dalam mengembangkan chip dan sensor untuk perangkat IoT.
Keterlambatan Samsung dalam memasuki pasar chip AI dan persaingan yang semakin ketat telah memberikan pukulan telak bagi kinerja perusahaan. Samsung menghadapi tantangan besar untuk memulihkan daya saing mereka dan mempertahankan posisi kepemimpinan di pasar semikonduktor global. Upaya Samsung untuk meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan, mempercepat produksi chip AI, dan mengeksplorasi pasar baru akan menjadi kunci bagi kesuksesan mereka di masa depan. (nova/fine)