Connect with us

Cryptocurrency

Remaja 19 Tahun Terlibat Pencurian Kripto Rp3,7 Triliun

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Dunia maya kembali digegerkan dengan aksi kejahatan siber yang luar biasa. Kali ini, seorang remaja 19 tahun asal Connecticut, Amerika Serikat, diduga terlibat dalam pencurian mata uang kripto senilai US$243 juta atau setara dengan Rp3,7 triliun.

Kasus ini terungkap berkat investigasi yang dilakukan oleh ZachXBT, seorang penyelidik kejahatan kripto yang dikenal dengan analisis mendalam dan keakuratannya.

ZachXBT, yang memiliki reputasi dalam mengungkap kasus-kasus pencurian kripto besar, mengungkapkan bahwa komplotan penjahat siber ini menggunakan modus operandi yang dikenal dengan istilah social engineeringatau rekayasa sosial.

Rekayasa sosial adalah teknik manipulasi yang digunakan untuk mengelabui korban agar memberikan informasi pribadi atau akses ke akun mereka. Dalam kasus ini, para pelaku menghubungi korban melalui telepon dan mengarahkan mereka ke platform Discord, sebuah aplikasi komunikasi populer di kalangan gamer.

Di dalam Discord, para pelaku melancarkan serangan psikologis untuk mendapatkan kepercayaan korban dan memanipulasi mereka agar memberikan akses ke akun Gmail dan iCloud.

Advertisement

Akun Gmail dan iCloud merupakan target utama karena seringkali terhubung dengan berbagai layanan online, termasuk platform perdagangan kripto. Dengan menguasai akun tersebut, para pelaku dapat mengambil alih aset kripto korban dengan mudah.

ZachXBT berhasil mengidentifikasi salah satu pelaku yang menggunakan nama pengguna “Swag” di Discord. Melalui penelusuran jejak digital dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, “Swag” diduga kuat adalah Veer Chetal, seorang remaja 19 tahun. Veer diduga berperan dalam tahap awal pencurian, yaitu mendapatkan akses ke akun korban.

Selain Veer, otoritas Amerika Serikat juga telah mendakwa dua orang lainnya yang terlibat dalam kasus ini, yaitu Malone “Greavys” Lam (20) dan Jeandiel “Box” Serrano (21). Keduanya diduga terlibat dalam pencurian dan pencucian uang hasil kejahatan.

Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa Lam dan Serrano menggunakan uang hasil pencucian untuk membiayai gaya hidup mewah, termasuk perjalanan internasional, mengunjungi klub malam, membeli mobil mewah, jam tangan, perhiasan, tas desainer, dan menyewa rumah di Los Angeles dan Miami.

ZachXBT juga mengungkap gaya hidup mewah Lam yang membeli lebih dari 10 kendaraan, menyewa properti mewah, menggunakan jet sewaan, dan menghabiskan US$250 ribu hingga US$500 ribu per malam di klub-klub di Los Angeles dan Miami.

Advertisement

Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa para tersangka adalah anggota dari sebuah komunitas onlinebernama “The Com”. Komunitas ini dikenal sebagai wadah bagi para pelaku kejahatan siber untuk berkolaborasi, saling berbagi informasi, dan memamerkan aksi mereka. Anggota “The Com” juga kerap saling menjatuhkan dan mengkritik pencurian yang dilakukan oleh anggota lain.

Kasus ini menunjukkan betapa rentannya keamanan aset kripto terhadap serangan social engineering. Para pelaku kejahatan siber semakin lihai dalam memanfaatkan celah keamanan dan psikologis korban untuk menguasai aset digital mereka. Fenomena pencurian kripto semakin marak terjadi seiring dengan meningkatnya popularitas mata uang digital.

Data dari CipherTrace, sebuah perusahaan analisis blockchain, menunjukkan bahwa kerugian akibat pencurian kripto pada tahun 2023 mencapai US$3,5 miliar, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Kasus ini menjadi pengingat bagi para investor kripto untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat keamanan aset digital mereka. Edukasi mengenai modus operandi kejahatan siber, termasuk social engineering , sangat penting untuk mencegah kasus serupa terjadi kembali. (nova/fine)

Advertisement