Connect with us

FinTech

Raksasa Teknologi Berebut Kue Fintech Lending di Indonesia

Published

on

Rifinet.com, Jakarta – Industri financial technology (fintech) lendingdi Indonesia tengah menjadi arena pertarungan sengit. GoTo, Shopee, dan Grab, berlomba-lomba menawarkan layanan pinjaman digital yang inovatif dan mudah diakses. Potensi pasar yang sangat besar di Indonesia, didorong oleh penetrasi layanan keuangan yang masih rendah dan meningkatnya adopsi teknologi digital, menjadi daya tarik utama bagi para pemain ini.

Data Statista menunjukkan bahwa pasar fintech lending di Indonesia diproyeksikan mencapai US$125 miliar pada tahun 2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 29,48% selama periode 2023-2028. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya adopsi smartphonedan akses internet di Indonesia.

Kemudahan akses internet memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan keuangan digital, termasuk pinjaman online. Proses pengajuan pinjaman onlinejauh lebih mudah dan cepat dibandingkan pengajuan pinjaman melalui lembaga keuangan konvensional. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, terutama generasi muda.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil meningkatkan daya beli masyarakat. Kelas menengah yang terus berkembang membutuhkan akses kredit untuk berbagai keperluan, mulai dari konsumsi hingga modal usaha.

GoTo, Shopee, dan Grab memiliki strategi dan keunggulan masing-masing dalam merebut pangsa pasar fintech lending. GoTo Financial, dengan ekosistem yang telah mapan, mengintegrasikan layanan fintech lending ke dalam platform Gojek dan Tokopedia.

Advertisement

Keunggulan GoTo Financial terletak pada basis pengguna yang sangat besar dan brand awareness yang tinggi. Layanan GoPayLater memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi di berbagai merchantGojek dan Tokopedia dengan sistem “bayar nanti”. GoTo Financial juga menawarkan pinjaman tunai melalui GoModal dan kerjasama dengan Bank Jago.

Shopee, melalui ShopeePayLater, menyasar para pengguna e-commerce dengan menawarkan kemudahan akses kredit untuk pembelian barang di platform Shopee. Proses pengajuan yang mudah dan cepat, serta integrasi langsung di platform e-commerce, menjadi daya tarik utama ShopeePayLater. Shopee juga aktif melakukan promosi dan kampanye untuk menarik pengguna baru, seperti program cashbackdan diskon.

Grab, melalui Grab Finance, menyediakan beragam layanan keuangan digital, termasuk pinjaman tunai dan pinjaman usaha. Grab bermitra dengan OVO untuk memperluas jangkauan layanannya. Grab Finance juga fokus pada pengembangan produk pinjaman yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti pinjaman dengan sistem syariah.

Persaingan yang ketat mendorong ketiga perusahaan untuk terus berinovasi dan mengembangkan layanan mereka. GoTo Financial meluncurkan program “FinanSiap” untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat dan memperluas penyaluran kredit melalui kerjasama dengan berbagai mitra, termasuk Bank Jago dan Pegadaian.

GoTo juga mengembangkan fitur credit scoring yang lebih akurat dengan memanfaatkan big data dan artificial intelligence. Shopee terus meningkatkan fitur dan layanan ShopeePayLater, seperti peningkatan limit kredit dan penambahan merchant rekanan.

Advertisement

Mereka juga mengembangkan layanan paymen installment untuk pembelian di luar platform Shopee. Grab Finance fokus pada pengembangan produk pinjaman yang inklusif dan menjangkau segmen unbanked dan underbanked. Mereka juga memperkuat kerjasama dengan OVO dan mitra strategis lainnya untuk memperluas akses layanan keuangan.

Meskipun memiliki potensi yang besar, industri fintech lending di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan. Tingkat non-performing loan (NPL) fintech lendingper Juli 2024 sebesar 2,76% menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi keberlanjutan industri fintech lending.

Maraknya kasus penyalahgunaan data dan praktik penagihan yang tidak etis menuntut perhatian serius. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengeluarkan sejumlah regulasi untuk mengatur industri fintech lending, termasuk Peraturan OJK Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi.

Persaingan yang ketat menciptakan persaingan yang ketat dan menuntut inovasi terus-menerus. Perubahan regulasi dari OJK dapat mempengaruhi operasional dan model bisnis perusahaan fintech lending.

Ke depan, industri fintech lending di Indonesia diprediksi akan terus berkembang dengan pesat. Adopsi teknologi seperti artificial intelligence dan big data akan semakin meningkatkan efisiensi dan jangkauan layanan. Kolaborasi antara perusahaan fintech dengan lembaga keuangan konvensional juga diprediksi akan semakin meningkat.

Advertisement

Namun, pertumbuhan industri fintech lending harus diimbangi dengan perlindungan konsumen dan tata kelola yang baik. OJK memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengatur industri ini agar dapat berkembang secara sehat dan berkelanjutan. (alief/syam)