Connect with us

RaksasaBisnis

Perbedaan Nilai Investasi Starlink di Indonesia dan Vietnam Bikin Geleng-Geleng Kepala

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Layanan internet satelit Starlink milik Elon Musk telah resmi beroperasi di Indonesia dan Vietnam. Namun, terdapat perbedaan mencolok dalam nilai investasi yang digelontorkan SpaceX di kedua negara ini. Di Indonesia, Starlink hanya menginvestasikan Rp 30 miliar, sementara di Vietnam, SpaceX merogoh kocek hingga Rp 22,8 triliun. Perbedaan ini memicu pertanyaan dan perbandingan, khususnya mengenai keseriusan SpaceX dalam menggarap pasar Indonesia.

Kehadiran Starlink di Indonesia disambut baik oleh pemerintah sebagai solusi untuk menyediakan akses internet di daerah terpencil dan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Layanan ini diluncurkan secara resmi pada bulan Juni 2024, setelah melalui proses perizinan yang relatif cepat. Mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI pada bulan Juni lalu, mengungkapkan bahwa nilai investasi Starlink di Indonesia hanya sebesar Rp 30 miliar. “Saya jujur Starlink ini menurut Online Single Submission (OSS), investasinya Rp 30 miliar,” ujarnya.

Angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan potensi pasar internet di Indonesia yang sangat besar. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 210 juta jiwa, dengan penetrasi mencapai 77%. Artinya, masih ada sekitar 63 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses internet.

Selain itu, Bahlil juga menambahkan bahwa Starlink hanya mempekerjakan tiga orang di Indonesia. Ia tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai alasan di balik investasi yang minim dan jumlah karyawan yang sedikit tersebut. “Saya takut nanti akhirnya melahirkan multi interpretasi,” kata Bahlil.

Terbatasnya investasi Starlink di Indonesia diduga menjadi salah satu penyebab lambatnya pengembangan infrastruktur dan jangkauan layanan. Hingga saat ini, Starlink baru tersedia di beberapa wilayah di Indonesia, dengan fokus pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh jaringan internet terrestrial. Beberapa wilayah yang telah tercakup layanan Starlink antara lain Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Utara.

Advertisement

Berbeda dengan di Indonesia, Starlink menunjukkan komitmen yang jauh lebih besar di Vietnam. SpaceX bersedia menggelontorkan dana hingga US$1,5 miliar atau sekitar Rp 22,8 triliun untuk memperluas layanan internet satelitnya di negara tersebut. Investasi jumbo ini dilakukan SpaceX untuk mengatasi hambatan regulasi dan birokrasi yang sempat menghambat peluncuran Starlink di Vietnam. Pemerintah Vietnam dikabarkan meminta SpaceX untuk bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi lokal dan memenuhi persyaratan perizinan yang ketat.

“Pemerintah Vietnam sedang mempertimbangkan proposal [investasi] SpaceX,” sebuah laporan di portal pemerintah mengutip pernyataan Presiden To Lam. Presiden To Lam juga meminta SpaceX untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam menyelesaikan persiapan investasi tersebut.

Tim Hughes, selaku pejabat urusan pemerintah SpaceX, membenarkan rencana investasi sebesar US$1,5 miliar di Vietnam. Ia menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan untuk membangun infrastruktur darat, meluncurkan satelit, dan mengembangkan layanan Starlink di Vietnam.

Lalu, apa yang membuat SpaceX rela berinvestasi jauh lebih besar di Vietnam?

Pertama, Vietnam memiliki potensi pasar yang menjanjikan. Dengan populasi lebih dari 100 juta jiwa dan tingkat penetrasi internet yang terus meningkat, Vietnam menjadi target pasar yang menarik bagi penyedia layanan internet, termasuk Starlink. Data Statista menunjukkan bahwa pada tahun 2023, jumlah pengguna internet di Vietnam mencapai 78,1 juta jiwa, dengan tingkat penetrasi mencapai 80,8%.

Advertisement

Kedua, pemerintah Vietnam menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengembangkan infrastruktur digital dan mendorong adopsi teknologi baru. Hal ini menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi SpaceX. Vietnam telah menetapkan target untuk menjadi negara digital pada tahun 2030, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur telekomunikasi, peningkatan literasi digital, dan transformasi digital di berbagai sektor.

Ketiga, Vietnam memiliki banyak daerah pedesaan dan pegunungan yang sulit dijangkau oleh jaringan internet terrestrial. Starlink dapat menjadi solusi untuk menyediakan akses internet di wilayah-wilayah tersebut dan membantu mengurangi kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Keempat, pasar internet di Vietnam didominasi oleh tiga operator telekomunikasi besar, yaitu Viettel, VNPT, dan MobiFone. Investasi besar dari Starlink dapat menjadi strategi untuk memenangkan persaingan dan merebut pangsa pasar dari para pemain yang sudah mapan.

Investasi Starlink yang minim di Indonesia dikhawatirkan akan berdampak pada lambatnya ekspansi jaringan, tingginya harga layanan, dan kesenjangan akses internet. Keterbatasan dana dapat menghambat pengembangan infrastruktur dan perluasan jangkauan layanan Starlink di Indonesia. Akibatnya, harga layanan Starlink menjadi relatif mahal bagi konsumen Indonesia.

Saat ini, harga paket Starlink di Indonesia dibanderol mulai dari Rp 200.000 per bulan dengan kecepatan download hingga 50 Mbps. Harga ini tergolong mahal jika dibandingkan dengan harga paket internet dari penyedia layanan terrestrial.

Advertisement

Lambatnya ekspansi jaringan juga dapat memperlebar kesenjangan akses internet antara daerah perkotaan dan pedesaan. Hal ini dapat menghambat perkembangan ekonomi dan sosial di daerah pedesaan.

Meskipun memiliki potensi yang besar, Starlink juga menghadapi sejumlah tantangan di Indonesia dan Vietnam. Peraturan terkait penggunaan spektrum frekuensi dan perizinan operasional, ketersediaan infrastruktur pendukung, persaingan dengan penyedia layanan internet lokal, dan affordabilitas menjadi beberapa tantangan yang harus dihadapi Starlink.

Di sisi lain, Starlink juga memiliki peluang besar di kedua negara, terutama dalam hal menyediakan akses internet di daerah terpencil, mendukung transformasi digital, dan meningkatkan ketahanan jaringan. Starlink dapat menjadi alternatif jaringan internet yang lebih tahan terhadap bencana alam dan gangguan lainnya.

Perbedaan nilai investasi Starlink di Indonesia dan Vietnam menunjukkan perbedaan strategi dan prioritas SpaceX di kedua negara. Investasi jumbo di Vietnam menunjukkan komitmen SpaceX untuk memenangkan persaingan dan merebut pangsa pasar di negara tersebut. Sementara itu, investasi minim di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang keseriusan SpaceX dalam mengembangkan layanan internet satelit di tanah air.

Pemerintah Indonesia perlu menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan memberikan dukungan yang lebih besar kepada Starlink agar dapat memperluas jangkauan layanan dan menyediakan akses internet yang terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia. (nova/fine)

Advertisement