CakrawalaTekno
Pembaruan CrowdStrike Lumpuhkan 8,5 juta Perangkat Windows, Microsoft Beberkan Dampak
Rifinet.com – Pembaruan perangkat lunak keamanan siber CrowdStrike berdampak luas, melumpuhkan 8,5 juta perangkat Windows di seluruh dunia. Microsoft, dalam blog resminya (22/7), mengungkap bahwa angka tersebut setara dengan kurang dari satu persen dari total pengguna Windows.
Gangguan ini, meskipun dalam skala kecil secara persentase, memicu kekacauan besar. Penerbangan tertunda, siaran televisi terhenti, bahkan layanan vital seperti kesehatan dan perbankan ikut terdampak. Hal ini menegaskan betapa pentingnya peran CrowdStrike dalam menjaga keamanan sistem berbagai perusahaan besar, termasuk Microsoft.
CrowdStrike, perusahaan keamanan siber terkemuka asal Amerika Serikat, mengembangkan perangkat lunak Sensor Falcon yang banyak digunakan untuk melindungi server Windows. Namun, pembaruan perangkat lunak terbarunya justru memicu masalah sistem yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menanggapi insiden ini, George Kurtz, CEO CrowdStrike, berkomitmen untuk bekerja sama dengan pelanggan dan mitra yang terdampak guna memulihkan seluruh sistem. Ia juga berjanji akan memberikan transparansi penuh terkait penyebab masalah dan langkah-langkah pencegahan di masa mendatang.
“Kami akan terus memperbarui temuan kami selama penyelidikan berlangsung,” ujar Kurtz melalui akun Twitter pribadinya.
Microsoft sendiri telah bekerja sama dengan CrowdStrike untuk mengembangkan solusi yang dapat mempercepat perbaikan infrastruktur Azure. Kabar terkini, akhirnya Microsoft Rilis Tools Sebagai Solusi Pemulihan Windows Pasca Gangguan CrowdStrike
Selain itu, Microsoft juga berkolaborasi dengan Amazon Web Services dan Google Cloud Platform untuk berbagi informasi mengenai dampak yang terjadi di seluruh industri.
Apa itu CrowdStrike?
CrowdStrike adalah perusahaan keamanan siber yang menawarkan perlindungan dari serangan siber melalui intelijen ancaman. Produk unggulannya, Falcon, merupakan platform keamanan berbasis cloud yang mampu mendeteksi dan merespons serangan secara real-time.
Didirikan oleh George Kurtz, Dmitri Alperovitz, dan Gregg Marston, CrowdStrike kini memiliki valuasi lebih dari US$80 miliar. Reputasi dan keandalannya telah diakui oleh berbagai perusahaan besar di seluruh dunia.
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi seluruh perusahaan untuk selalu berhati-hati dalam melakukan pembaruan perangkat lunak, terutama yang berkaitan dengan keamanan siber. Dampak yang ditimbulkan bisa sangat luas dan merugikan, tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas.