Connect with us

FinTech

Paylater Naik Daun, UOB Indonesia Lirik Kolaborasi dengan Kartu Kredit

Published

on

Rifinet.com, Jakarta – Pertumbuhan pesat layanan beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later(BNPL) alias paylater di industri keuangan Indonesia, menjadi sorotan PT Bank UOB Indonesia. Namun, alih-alih melihatnya sebagai ancaman, bank ini justru memandang fenomena tersebut sebagai peluang kolaborasi dengan produk konvensional mereka, yakni kartu kredit.

Herman Soesetyo, Cards & Payment Head UOB Indonesia, mengungkapkan pandangannya dalam konferensi pers peluncuran kartu kredit UOB Telkomsel di Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2024).

“Kami melihat ada jalan bagi paylater dan kartu kredit untuk berkolaborasi di masa depan,” ujarnya optimistis.

Ia menjelaskan bahwa banyak fitur BNPL yang sejatinya sudah lama ada dalam skema cicilan kartu kredit. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk sinergi antara kedua produk tersebut, terutama karena kolaborasi serupa telah terjadi di beberapa sektor industri keuangan.

“Kami tidak akan menghentikan layanan kartu kredit. Kami selalu melihat peluang ke depan dan secara positif akan mengeksplorasi peluang tersebut,” tegasnya.

Advertisement

Ketika ditanya mengenai target pertumbuhan kartu kredit hingga akhir 2024, Herman enggan memberikan angka spesifik. Namun, ia menegaskan bahwa UOB Indonesia menargetkan pertumbuhan pangsa pasar kartu kredit yang sejalan dengan pencapaian industri, baik dari segi pertumbuhan jumlah nasabah maupun volume transaksi.

“Angkanya mungkin akan selaras dengan pasar, kami tidak ingin ketinggalan. Intinya begitu,” tandasnya.

Optimisme UOB Indonesia sejalan dengan data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan bisnis BNPL di sektor perbankan hingga Juli 2024.

Aman Santosa, Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, menyampaikan bahwa berdasarkan Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Agustus 2024, porsi produk kredit paylater perbankan mencapai 0,24%, dengan pertumbuhan signifikan pada baki debet dan jumlah rekening.

“Per Juli 2024, baki debet kredit BNPL tumbuh 36,66% YoY dari 49,43% pada Juni 2024, menjadi Rp18,01 triliun,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (6/9/2024).

Advertisement

Selain itu, OJK juga mencatat peningkatan jumlah rekening paylater perbankan menjadi 17,90 juta hingga Juli 2024, naik dari 17,9 juta rekening pada bulan sebelumnya.

Tidak hanya di perbankan, tren positif juga terlihat pada segmen BNPL yang dijalankan perusahaan pembiayaan. OJK melaporkan pertumbuhan pembiayaan BNPL sebesar 73,55% YoY menjadi Rp7,81 triliun, melampaui laju pertumbuhan Juni 2024 sebesar 47,81%.

Pertumbuhan pesat BNPL menimbulkan pertanyaan menarik: apakah layanan ini akan menggeser kartu kredit? Atau justru keduanya bisa saling melengkapi?

BNPL memang menawarkan sejumlah keunggulan yang menarik bagi konsumen, terutama generasi muda. Proses pengajuan yang lebih mudah, tanpa perlu memiliki kartu kredit, menjadi daya tarik utama. Selain itu, skema pembayaran yang fleksibel dan bunga 0% untuk tenor tertentu juga menjadi nilai tambah.

Namun, kartu kredit tetap memiliki kelebihannya sendiri. Limit kredit yang lebih besar, program rewards yang menarik, serta akses ke berbagai promo dan diskon eksklusif, masih menjadi daya tarik bagi banyak pengguna.

Advertisement

Melihat dinamika tersebut, kolaborasi antara BNPL dan kartu kredit tampaknya menjadi langkah strategis. Bank dapat mengintegrasikan fitur BNPL ke dalam kartu kredit mereka, menawarkan fleksibilitas pembayaran kepada nasabah tanpa perlu mengajukan layanan BNPL terpisah.

Sebaliknya, penyedia BNPL dapat bekerja sama dengan bank untuk memperluas jangkauan layanan mereka dan menawarkan fitur-fitur tambahan seperti program rewards atau akses ke promo eksklusif.

Meskipun potensi pertumbuhan BNPL sangat besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah risiko kredit macet, terutama jika pengguna tidak bijak dalam mengelola keuangan mereka. Selain itu, regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat juga diperlukan untuk memastikan industri BNPL berkembang secara sehat dan berkelanjutan.

Di sisi lain, pertumbuhan BNPL juga membuka peluang baru bagi industri keuangan. Kolaborasi antara bank, perusahaan teknologi finansial (fintech), dan penyedia BNPL dapat menciptakan inovasi-inovasi baru yang memberikan manfaat bagi konsumen dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Fenomena paylater yang meroket di Indonesia menjadi sinyalemen penting bagi industri keuangan. Alih-alih melihatnya sebagai ancaman, bank dan penyedia layanan keuangan lainnya perlu memandangnya sebagai peluang untuk berinovasi dan berkolaborasi. Dengan strategi yang tepat, BNPL dan kartu kredit dapat saling melengkapi dan memberikan manfaat maksimal bagi konsumen. (alief/syam)

Advertisement