Connect with us

FinTech

Paylater Bank vs Aplikasi: Adu Gengsi di Ranah Pembayaran Digital

Published

on

Rifinet.com– Persaingan sengit tengah berkecamuk di ranah pembayaran digital Indonesia. Kartu kredit, yang selama ini menjadi primadona, kini mendapat tantangan serius dari layanan “beli sekarang, bayar nanti” atau paylater.

Data Bank Indonesia (BI) per April 2024 menunjukkan pertumbuhan kartu kredit melambat, sementara transaksi paylater terus meroket.

Kartu Kredit Melambat, Paylater Meroket

Meski jumlah kartu kredit masih tumbuh 4,36% (YoY) menjadi 18,18 juta unit, laju pertumbuhannya melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Volume transaksi juga meningkat 19,33% menjadi 36,36 juta, namun kalah pesat dibandingkan pertumbuhan paylater yang mencapai dua digit.

Di sisi lain, layanan paylater seperti Shopee Paylater, GoPay Later, Kredivo, dan Akulaku PayLater mencatatkan lonjakan transaksi signifikan.

Advertisement

Kemudahan pengajuan secara online dan proses persetujuan yang cepat menjadi daya tarik utama bagi konsumen, terutama generasi muda.

Bank Tak Tinggal Diam

Tak mau kehilangan pangsa pasar, bank-bank besar mulai unjuk gigi dengan meluncurkan layanan paylater sendiri. BCA, Bank Mandiri, DBS, Allo Bank, dan BRI telah menghadirkan berbagai produk paylater dengan fitur dan keunggulan masing-masing.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menyambut baik langkah bank ini, dengan syarat-syarat ketat terkait kesehatan keuangan dan infrastruktur teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa OJK mendukung inovasi di sektor keuangan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Strategi Jitu Bank

Untuk memenangkan pertarungan di ranah paylater, bank-bank menerapkan beberapa strategi jitu:

  1. Adaptasi Digital: Bank berlomba-lomba meningkatkan layanan digital banking mereka, menghadirkan aplikasi mobile yang mudah digunakan dan fitur-fitur inovatif.
  2. Model Bisnis Baru: Bank mulai menawarkan kartu kredit dengan model bisnis yang lebih fleksibel dan menarik, seperti cashback, reward points, dan cicilan 0%.
  3. Kolaborasi dengan Fintech: Beberapa bank memilih menggandeng perusahaan teknologi finansial (fintech) untuk memperluas jangkauan dan mempercepat inovasi.
  4. Penguatan Modal: Modal menjadi kunci utama bagi bank untuk menghadapi risiko kredit yang meningkat seiring pertumbuhan paylater.

Tantangan dan Peluang

Pertumbuhan pesat paylater juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait risiko kredit macet. Data OJK menunjukkan total utang masyarakat di paylater mencapai Rp6,13 triliun per Maret 2024, dengan tingkat kredit bermasalah (NPF) sebesar 3,15%.

Oleh karena itu, edukasi keuangan bagi konsumen menjadi sangat penting. OJK dan bank perlu gencar melakukan sosialisasi mengenai penggunaan paylater yang bijak, agar konsumen tidak terjebak dalam lingkaran utang.

Advertisement

Masa Depan Paylater

Persaingan antara paylater bank dan aplikasi diprediksi akan semakin sengit di masa mendatang. Inovasi teknologi, regulasi yang mendukung, dan perubahan perilaku konsumen akan menjadi faktor penentu dalam menentukan siapa yang akan menjadi pemenang.

Namun, satu hal yang pasti: paylater telah mengubah lanskap pembayaran digital di Indonesia. Kehadirannya memberikan lebih banyak pilihan bagi konsumen, sekaligus mendorong bank untuk terus berinovasi dan meningkatkan layanan mereka.