FinTech
Paylater Bank Melesat, Tantang Dominasi Multifinance
Rifinet.com, Jakarta– Layanan paylater yang disediakan oleh perbankan menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa, bahkan mulai mengancam posisi perusahaan pembiayaan non-bank (multifinance) yang lebih dulu hadir di pasar.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2024 menunjukkan, outstanding pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan multifinance tumbuh 73,55% year-on-year (yoy) menjadi Rp7,81 triliun. Namun, angka ini kalah jauh dibandingkan dengan pertumbuhan paylater perbankan yang mencapai 366,66% yoy menjadi Rp18,01 triliun.
Fenomena ini dimulai ketika Bank Mandiri dan BCA meluncurkan fitur paylater pada akhir 2023. Kini, bank-bank besar lain seperti CIMB Niaga, BTN, dan BSI juga ikut meramaikan pasar paylater. Total jumlah rekening paylater perbankan telah mencapai 17,90 juta per Juli 2024, naik dari 17,48 juta pada bulan sebelumnya.
Pertumbuhan pesat paylater perbankan ini tidak lepas dari keunggulan kompetitif yang dimiliki bank. Menurut Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas PVML OJK, setiap industri memiliki keunggulannya masing-masing. “Paylater di multifinance basisnya adalah perusahaan pembiayaan,” ujarnya. Sementara itu, bank memiliki basis nasabah yang jauh lebih besar dan sudah adaptif dengan teknologi.
Nailul Huda, Ekonom Celios, menambahkan bahwa bank juga memiliki basis data pengukuran kredit yang lebih baik dan luas, sehingga memudahkan penetrasi pasar paylater. “Sebagian besar nasabah paylater bank memang berasal dari perbankan itu sendiri,” katanya.
Meskipun porsi produk paylater perbankan masih mini, hanya sebesar 0,24% dari total kredit perbankan, pertumbuhannya yang pesat menunjukkan potensi besar. Huda memprediksi bahwa persaingan bisnis paylater ke depan akan semakin ketat, terutama di dalam ekosistem perbankan itu sendiri. Faktor-faktor seperti tenant yang menerima paylater dan layanan digital yang terintegrasi akan menjadi penentu utama.
Namun, bank juga perlu memperhatikan risiko kredit macet. Data OJK menunjukkan, tingkat risiko kredit atau Non-Performing Financing (NPF) gross BNPL perusahaan pembiayaan per Juli 2024 sebesar 2,82%, turun dari 3,07% pada Juni 2024. Sementara itu, NPF gross BNPL perbankan juga turun menjadi 2,24% dari 2,5% pada periode yang sama.
Sementara bank fokus pada nasabah existing, multifinance dan pinjol memiliki peluang besar di segmen unbanked dan underbankedyang belum tersentuh layanan perbankan.
Data dan Fakta:
- Pertumbuhan Transaksi: Selain outstanding, nilai transaksi paylater juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Transaksi BNPL di perusahaan pembiayaan mencapai Rp5,23 triliun per Juli 2024, naik 46,77% yoy. Sementara itu, transaksi BNPL perbankan mencapai Rp12,72 triliun, naik 225,51% yoy.
- Pemain Utama: Beberapa bank yang menjadi pemain utama di pasar paylater antara lain Bank Mandiri, BCA, CIMB Niaga, BTN, dan BSI. Sementara itu, pemain utama di multifinance antara lain Akulaku, Kredivo, dan Home Credit.
- Inovasi Produk: Bank dan multifinance terus berinovasi untuk menarik nasabah. Beberapa inovasi yang dilakukan antara lain memperluas jaringan merchant, menawarkan promo menarik, dan mengintegrasikan layanan paylater dengan layanan digital lainnya.
- Regulasi: OJK terus mengawasi perkembangan industri paylater dan mengeluarkan regulasi untuk melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Pertumbuhan pesat paylater perbankan menunjukkan bahwa layanan ini semakin diminati oleh masyarakat. Kemudahan penggunaan, aksesibilitas, dan fleksibilitas pembayaran menjadi daya tarik utama paylater. Selain itu, meningkatnya literasi keuangan dan adopsi teknologi digital juga turut mendorong pertumbuhan industri ini.
Namun, di balik pertumbuhan yang pesat, terdapat juga tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah risiko kredit macet. Meskipun NPF gross BNPL terus menurun, bank dan multifinance perlu tetap waspada dan melakukan manajemen risiko yang baik.
Tantangan lainnya adalah persaingan yang semakin ketat. Bank dan multifinance perlu terus berinovasi untuk menarik nasabah dan mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, mereka juga perlu memperhatikan regulasi yang dikeluarkan oleh OJK.
Secara keseluruhan, industri paylater di Indonesia memiliki prospek yang cerah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkatnya adopsi teknologi digital, industri ini diperkirakan akan terus berkembang pesat di masa depan. (alief/syam)