FinTech
Modalku Bongkar Rahasia Sukses Kucurkan Dana ke UMKM
Rifinet.com, Jakarta– Peta jalan pengembangan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023-2028 yang digagas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menetapkan target ambisius: meningkatkan pembiayaan sektor produktif dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hingga mencapai 40-50% dalam dua tahun mendatang. Target ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan UMKM, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Namun, perjalanan menuju target tersebut tidaklah mudah. Berbagai tantangan menghadang, mulai dari aksesibilitas UMKM terhadap layanan keuangan formal, tingkat literasi keuangan yang masih perlu ditingkatkan, hingga risiko kredit yang melekat pada sektor UMKM. Di tengah lanskap yang dinamis ini, platform pendanaan digital seperti Modalku berperan penting dalam menjembatani kesenjangan pembiayaan dan mendorong pertumbuhan UMKM.
Selektivitas dan Kehati-hatian dalam Penyaluran Dana
Modalku, sebagai salah satu platform pendanaan digital terkemuka di Indonesia yang berfokus pada sektor produktif, menyadari betul tantangan yang ada. Arthur Adisusanto, Country Head Modalku Indonesia, menegaskan bahwa tantangan utama dalam penyaluran pendanaan ke UMKM adalah memastikan pendanaan tersebut disalurkan secara tepat sasaran.
“Kami sangat selektif dalam menyalurkan dana kepada UMKM. Kami memprioritaskan UMKM yang berada di industri dengan potensi pertumbuhan positif,” ungkap Arthur. Selain itu, Modalku juga melakukan penilaian kredit yang komprehensif untuk memastikan portofolio pendanaan tetap sehat dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan keberlanjutan platform itu sendiri.
Data OJK per Juli 2024 menunjukkan bahwa pembiayaan P2P lending untuk sektor produktif berada di level 34,22%, sesuai dengan target peta jalan OJK untuk periode 2023-2024 sebesar 30-40%. Namun, pembiayaan yang spesifik ke sektor UMKM perseorangan baru mencapai 21,82%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ruang besar untuk pertumbuhan pembiayaan P2P lending ke sektor UMKM.
Bukti Nyata Komitmen
Meskipun menghadapi tantangan, Modalku telah menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Hingga 24 September 2024, Modalku telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp509,70 miliar dengan total outstanding pendanaan mencapai Rp141,61 miliar. Angka ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para pemberi dana (lender) terhadap Modalku dan UMKM yang menjadi penerima dana (borrower).
“Tahun 2024 masih berlangsung, dan kami berkomitmen untuk memaksimalkan kinerja kami sepanjang tahun ini,” tegas Arthur. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai strategi yang diterapkan Modalku.
Fokus, Inovasi, dan Kolaborasi
Pertama, Modalku tetap fokus secara intensif pada beberapa industri UMKM yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, termasuk industri perdagangan besar dan eceran, manufaktur dan daur ulang, supplier alat kesehatan, akomodasi dan layanan makanan, serta industri hiburan. Fokus ini memungkinkan Modalku untuk lebih memahami kebutuhan dan tantangan spesifik dari masing-masing industri, sehingga dapat memberikan solusi pendanaan yang tepat dan relevan.
Kedua, Modalku juga fokus untuk menjangkau sektor pengusaha yang mengerjakan proyek pemerintah. Mereka menawarkan produk modal proyek bagi perusahaan atau vendor e-catalogue dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang membutuhkan alternatif pendanaan tanpa agunan ketika hendak menjalankan proyek dari pemerintah. Strategi ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan partisipasi UMKM dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Ketiga, Modalku terus mengedepankan inovasi dan kolaborasi. Mereka tidak hanya mengembangkan produk dan layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan UMKM, tetapi juga menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk lembaga keuangan, perusahaan teknologi, dan pemerintah. Kolaborasi ini memungkinkan Modalku untuk memperluas jangkauan dan dampaknya, serta menciptakan ekosistem pendanaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Arthur menegaskan bahwa potensi pembiayaan UMKM bagi P2P lending masih terbuka lebar. Namun, ia juga mengakui bahwa ada tantangan yang harus dihadapi, terutama terkait dengan regulasi dan dinamika pasar.
“Kami terus memantau relevansi strategi di 2024 ini untuk terus berlanjut di 2025. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan seiring dengan faktor lain yang mempengaruhi, seperti kebijakan dari regulator maupun pemerintahan yang baru,” tandasnya.
Modalku optimis bahwa dengan terus berinovasi, berkolaborasi, dan beradaptasi dengan perubahan, mereka dapat terus berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan UMKM dan mewujudkan visi inklusi keuangan di Indonesia. (alief/syam)