RaksasaBisnis
Lisensi Dicabut, Qualcomm Terancam Kehilangan Snapdragon X Elite dan 8 Elite
Rifinet.com, Jakarta – Perseteruan antara raksasa teknologi ARM dan Qualcomm tengah memanas dan mengancam untuk mengguncang industri chip global. ARM, perusahaan perancang arsitektur mikroprosesor asal Inggris yang mendominasi pasar chip mobile, dikabarkan akan mencabut lisensi arsitektur mereka yang selama ini digunakan Qualcomm untuk mengembangkan chip Snapdragon. Pencabutan lisensi ini merupakan pukulan telak bagi Qualcomm dan dapat memicu efek domino yang luas di industri teknologi.
Akar permasalahan ini bermula dari akuisisi Nuvia, sebuah perusahaan desain chip, oleh Qualcomm pada tahun 2021. Sebelum diakuisisi, Nuvia memegang lisensi arsitektur ARM untuk mengembangkan CPU server, yang umumnya digunakan dalam pusat data, cloud computing, dan infrastruktur internet global.
Qualcomm kemudian memanfaatkan lisensi tersebut untuk mengembangkan chip mobilemelalui inti CPU Oryon. CPU Oryon inilah yang menjadi otak di balik Snapdragon X Elite, chip yang menggerakkan lini baru laptop berfokus kecerdasan buatan (AI) seperti PC Copilot+ yang diproduksi oleh HP Inc. dan Microsoft Corp.
ARM menilai tindakan Qualcomm ini sebagai pelanggaran kesepakatan. Lisensi untuk CPU server dan CPU mobilememiliki struktur royalti yang berbeda, dan ARM merasa dirugikan. Pada tahun 2022, ARM menggugat Qualcomm ke pengadilan, menuntut penghancuran desain chip yang dikembangkan Nuvia. Sidang kasus ini dijadwalkan akan berlangsung pada Desember 2024.
Upaya negosiasi antara kedua perusahaan pada Februari 2023 menemui jalan buntu, berujung pada pencabutan lisensi Nuvia oleh ARM. Namun, Qualcomm tetap menggunakan CPU Oryon pada chip Snapdragon 8 Elite yang baru saja diumumkan pada 22 Oktober 2024. Chipset ini ditujukan untuk smartphone flagship dan diharapkan dapat mendongkrak performa perangkat Android ke level selanjutnya.
Pencabutan lisensi ini dianggap Qualcomm sebagai “taktik putus asa” ARM untuk mengganggu proses hukum. Qualcomm mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan keyakinan mereka bahwa hak-hak Qualcomm berdasarkan perjanjian dengan ARM akan disahkan di pengadilan. “Ini merupakan ancaman yang tidak berdasar yang dirancang untuk memperdaya mitra lama, mengganggu CPU kami yang unggul dalam performa, dan meningkatkan tarif royalti tanpa mempedulikan hak-hak luas di bawah lisensi arsitektur kami,” bunyi pernyataan resmi Qualcomm.
Jika ARM dan Qualcomm gagal mencapai kesepakatan baru, Qualcomm terancam harus menghentikan produksi chip Snapdragon X Elite dan Snapdragon 8 Elite. Hal ini akan mengganggu pasokan chip untuk laptop dan smartphone high-end, memaksa produsen perangkat seperti HP, Microsoft, dan berbagai vendor smartphoneAndroid untuk mencari alternatif lain atau menunda peluncuran produk baru.
Penghentian produksi juga akan mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi Qualcomm, terutama karena Snapdragon 8 Elite baru saja diluncurkan. Investasi yang telah dikeluarkan untuk riset dan pengembangan, produksi, dan pemasaran chip tersebut berpotensi hilang. Qualcomm juga akan kehilangan pendapatan dari penjualan chip dan royalti.
Lebih jauh lagi, perseteruan ini dapat mencederai citra Qualcomm di mata konsumen dan mitra bisnis. Reputasi Qualcomm sebagai penyedia chip mobileterkemuka dapat tercoreng, dan konsumen mungkin akan meragukan kualitas dan keandalan produk Qualcomm di masa depan.
Kejadian ini juga menunjukkan ketergantungan Qualcomm pada arsitektur ARM, sehingga mereka perlu mencari alternatif lain atau mempercepat pengembangan arsitektur chip sendiri, seperti mengembangkan arsitektur berbasis RISC-V atau mengakuisisi perusahaan desain chip lain.
Dampak dari perseteruan ini tidak hanya terbatas pada Qualcomm. Pencabutan lisensi ini mempertegas dominasi ARM di pasar chip mobiledan memberikan mereka kekuatan untuk mengontrol arah pengembangan industri chip. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran terkait monopoli dan persaingan yang tidak sehat.
Perseteruan ini juga dapat menghambat inovasi di industri chip, terutama dalam pengembangan chip berbasis AI. Para pemain industri mungkin akan lebih berhati-hati dalam melakukan inovasi karena khawatir akan sengketa lisensi dan hukum.
Kelangkaan chip Snapdragon berpotensi menaikkan harga smartphonedan laptop, membebankan konsumen dengan harga yang lebih mahal untuk mendapatkan perangkat dengan performa tinggi. Di sisi lain, pencabutan lisensi dapat membuka peluang bagi kompetitor Qualcomm, seperti MediaTek dan Samsung, untuk memperbesar pangsa pasar.
Saat ini, Qualcomm masih memiliki perjanjian dengan ARM yang memungkinkan mereka untuk membuat chip berdasarkan inti CPU Cortex ARM. Namun, inti CPU Cortex terbukti kurang bertenaga dibandingkan desain x86 dari Intel dan AMD, dan performanya masih tertinggal dibandingkan CPU Oryon.
Kehilangan Oryon akan menjadi pukulan telak bagi Qualcomm dalam persaingan di pasar chip high-end. Qualcomm akan kesulitan untuk menyaingi performa chip dari Intel, AMD, dan Apple yang menggunakan arsitektur x86 dan ARM sendiri.
Perseteruan ARM dan Qualcomm mengungkapkan persaingan sengit di balik layar industri chip global. ARM, yang segera melakukan Initial Public Offering (IPO), berusaha memperkuat posisi dan meningkatkan nilai perusahaan dengan menegakkan kebijakan lisensi dan memaksimalkan pendapatan. Di sisi lain, Qualcomm berambisi untuk memimpin inovasi chip mobiledan mengurangi ketergantungan pada ARM.
Kasus ini juga menyoroti kompleksitas lisensi teknologi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di era digital. Perkembangan teknologi yang pesat dan model bisnis yang terus berubah menuntut adanya kerangka hukum yang jelas dan adaptif untuk mengatur penggunaan dan pemanfaatan teknologi.
Dengan sidang yang akan dimulai pada Desember 2024, nasib Snapdragon X Elite dan Snapdragon 8 Elite masih belum pasti. Apakah kedua perusahaan akan mencapai kesepakatan baru yang memuaskan kedua belah pihak atau berlanjut ke meja hijau? Satu hal yang jelas, perseteruan ini akan memiliki dampak besar bagi masa depan industri chip global. (nova/fine)