RaksasaBisnis
Kominfo Siap Gelar Lelang Spektrum Awal 2025, Dorong Akselerasi Jaringan Generasi Kelima
Rifinet.com, Jakarta– Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengumumkan rencana strategis untuk menggelar lelang tiga spektrum frekuensi 5G secara bersamaan pada awal tahun 2025. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya pemerintah untuk mengakselerasi adopsi teknologi 5G di Indonesia, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif signifikan bagi perekonomian dan masyarakat.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Ismail, dalam acara “Digital Nation Summit” di Jakarta, Kamis (12/9/2024), menyatakan bahwa ketiga spektrum frekuensi yang akan dilelang adalah 700 MHz, 2.600 MHz (2,6 GHz), dan 26 GHz. Ketiga spektrum ini memiliki karakteristik yang berbeda dan saling melengkapi untuk membangun jaringan 5G yang komprehensif di Indonesia.
Spektrum 700 MHz, yang dikenal sebagai pita bawah (lower band), memiliki keunggulan dalam jangkauan yang luas, mencapai radius lebih dari 5 km persegi. Meskipun kapasitasnya relatif kecil, spektrum ini sangat cocok untuk menyediakan layanan 5G di daerah pedesaan dan terpencil, membantu mengatasi kesenjangan digital dan meningkatkan akses internet bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan spektrum ini akan membuka peluang baru bagi masyarakat di daerah-daerah yang sebelumnya sulit terjangkau oleh jaringan broadband, memungkinkan mereka untuk mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi digital dengan lebih mudah.
Sementara itu, spektrum 2.600 MHz (2,6 GHz), atau pita tengah (middle band), menawarkan kapasitas yang lebih besar daripada 700 MHz, meskipun jangkauannya lebih terbatas. Spektrum ini ideal untuk menyediakan layanan 5G di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi, di mana kebutuhan akan bandwidth yang besar sangat penting untuk mendukung berbagai aplikasi dan layanan 5G, seperti streaming video berkualitas tinggi, game online, dan aplikasi berbasis augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
Dengan kapasitas yang lebih besar, spektrum ini akan memungkinkan operator seluler untuk menyediakan layanan 5G yang lebih handal dan responsif kepada pengguna di daerah perkotaan.
Terakhir, spektrum 26 GHz, yang disebut pita atas (upper band), memiliki kapasitas yang sangat besar dan kecepatan yang sangat tinggi, namun jangkauannya paling terbatas. Spektrum ini cocok untuk menyediakan layanan 5G dengan kebutuhan bandwidth yang sangat tinggi, seperti di area stadion, pusat perbelanjaan, atau kawasan industri, di mana banyak perangkat terhubung secara bersamaan dan membutuhkan akses internet yang cepat dan andal.
Pemanfaatan spektrum ini akan memungkinkan berbagai inovasi teknologi baru, seperti smart city, Internet of Things (IoT), dan industri 4.0, yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat.
Sebelumnya, Kominfo berencana melelang spektrum frekuensi 700 MHz dan 26 GHz pada pertengahan tahun 2024. Namun, rencana tersebut ditunda setelah menerima permintaan dari operator seluler untuk melakukan lelang bersamaan dengan frekuensi 2,6 GHz. Operator seluler berpendapat bahwa lelang bersamaan akan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih besar bagi mereka dibandingkan dengan lelang terpisah, karena mereka dapat merencanakan investasi dan pengembangan jaringan 5G mereka secara lebih efisien dan terintegrasi.
Kominfo saat ini sedang mengkaji insentif yang akan diberikan kepada operator seluler yang berhasil memenangkan lelang. Insentif ini akan berupa kebijakan, seperti opsi pembayaran secara cicilan, yang diharapkan dapat meringankan beban finansial operator seluler dalam membangun infrastruktur 5G.
Selain itu, operator seluler yang memenangkan lelang juga akan diminta komitmen untuk mempercepat penggelaran jaringan 5G di seluruh Indonesia, termasuk di daerah-daerah terpencil dan pedesaan, untuk memastikan bahwa manfaat teknologi 5G dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Frekuensi 2,6 GHz saat ini digunakan untuk layanan penyiaran melalui satelit, seperti Indovision. Lisensi penggunaan spektrum ini akan berakhir pada tahun 2024, dan selanjutnya akan dialokasikan untuk layanan 5G. Dengan demikian, spektrum ini akan memberikan kontribusi penting dalam memperluas kapasitas jaringan 5G di Indonesia.
Frekuensi 700 MHz sebelumnya digunakan untuk siaran televisi analog. Setelah Analog Switch Off (ASO) selesai dilaksanakan, terdapat alokasi lebar pita sebesar 112 MHz di frekuensi 700 MHz. Dari jumlah tersebut, 90 MHz akan dilelang untuk empat operator seluler, dengan masing-masing operator mendapatkan rata-rata 22,5 MHz. Lebar pita ini akan memungkinkan operator seluler untuk menyediakan layanan 5G dengan jangkauan yang luas dan kualitas yang baik.
Sementara itu, di frekuensi 26 GHz terdapat alokasi lebar pita seluas 2,7 GHz. Lebar pita yang besar ini akan memungkinkan operator seluler untuk menyediakan layanan 5G dengan kapasitas yang sangat besar dan kecepatan yang sangat tinggi, terutama di daerah dengan kebutuhan bandwidth yang tinggi.
Lelang spektrum 5G ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi Indonesia. Dengan tersedianya jaringan 5G yang lebih luas dan berkualitas, masyarakat Indonesia dapat menikmati berbagai manfaat teknologi 5G, seperti kecepatan internet yang jauh lebih tinggi, latensi yang sangat rendah, kapasitas jaringan yang lebih besar, dan inovasi teknologi baru di berbagai sektor.
Meskipun lelang spektrum 5G merupakan langkah maju yang penting, masih terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya investasi yang tinggi untuk membangun infrastruktur 5G, ketersediaan perangkat 5G yang masih terbatas, dan perlunya regulasi yang mendukung pengembangan ekosistem 5G.
Namun, dengan komitmen pemerintah dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan jaringan 5G dapat segera hadir di seluruh Indonesia dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Dengan adanya jaringan 5G yang andal dan berkualitas, Indonesia dapat mempercepat transformasi digital dan menjadi negara yang lebih maju dan inovatif. (alief/syam)