RuangMaya
Elon Musk Ubah Fungsi Blokir di X, Pengguna Resah
Rifinet.com– Elon Musk, pemilik platform media sosial X (sebelumnya Twitter), kembali membuat gebrakan kontroversial yang mengguncang pengguna. Kali ini, ia mengumumkan perubahan signifikan pada fungsi blokir yang memungkinkan akun yang diblokir tetap dapat melihat postingan publik pengguna yang memblokir mereka. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya pelecehan dan penyalahgunaan di platform yang kini tengah berjuang melawan disinformasi dan masalah hukum di Brazil.
Pada Selasa (24/9/2024), Elon Musk melalui akun X-nya menyatakan bahwa fungsi blokir kini hanya akan membatasi interaksi seperti menyukai dan berkomentar pada postingan publik. Namun, akun yang diblokir tetap dapat melihat postingan tersebut. Perubahan ini, menurut Musk, didasari oleh fakta bahwa pengguna dapat melihat unggahan dari pengguna yang telah memblokir mereka saat menggunakan akun lain atau saat keluar (logout).
Musk sendiri telah lama menyuarakan ketidaksukaannya terhadap tombol blokir. Tahun lalu, ia menyebut fitur tersebut “tidak masuk akal” dan mengancam akan menghapusnya sepenuhnya, kecuali untuk pesan langsung (DM). Ketidakpuasan Musk terhadap fitur blokir ini tampaknya berakar dari visinya tentang X sebagai “alun-alun kota publik” di mana kebebasan berbicara dan transparansi menjadi nilai utama.
Namun, keputusan ini menuai beragam reaksi dari pengguna X. Banyak yang mengungkapkan kekhawatiran mereka akan dampak perubahan ini terhadap keamanan dan kenyamanan mereka di platform tersebut. Beberapa pengguna merasa bahwa perubahan ini akan membuat mereka lebih rentan terhadap pelecehan dan cyberbullying, terutama dari akun-akun yang telah mereka blokir karena alasan tertentu.
Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh laporan dari Pusat Keamanan Siber Australia (ACSC) yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam laporan cybercrime di Australia, dengan satu laporan diterima setiap tujuh menit. Laporan tersebut juga menyoroti bahwa media sosial menjadi platform utama terjadinya cybercrime, dengan 43% dari semua laporan terkait dengan penipuan, pelecehan online, dan pemerasan.
Di tengah kontroversi seputar perubahan fungsi blokir, X juga menghadapi masalah hukum di Brazil. Hakim terkemuka Brasil mempertanyakan hak dan tanggung jawab platform tersebut dalam melawan disinformasi. Akibatnya, X harus menutup layanannya di Brazil, meskipun pengguna masih memiliki akses terbatas.
Perusahaan menyatakan bahwa penutupan tersebut “segera berlaku” dan mereka “sangat sedih” harus mengambil keputusan ini. X menegaskan bahwa tanggung jawab atas keputusan tersebut sepenuhnya berada di tangan Hakim Mahkamah Agung Brasil Alexandre de Moraes.
Penutupan X di Brazil merupakan puncak dari pertarungan hukum antara Moraes dan Elon Musk. Moraes, yang berupaya melawan penyebaran disinformasi online, telah memerintahkan X untuk memblokir akun-akun tertentu yang dituduh menyebarkan berita palsu dan pesan kebencian, termasuk beberapa akun milik pendukung mantan Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro.
Musk, yang dikenal sebagai pendukung kebebasan berbicara absolut, menolak perintah tersebut dan berargumen bahwa pemblokiran akun tersebut melanggar prinsip-prinsip kebebasan berekspresi. Perselisihan ini menyoroti tantangan yang dihadapi platform media sosial dalam menyeimbangkan kebebasan berbicara dengan tanggung jawab untuk melindungi pengguna dari konten berbahaya dan disinformasi.
Keputusan Elon Musk untuk mengubah fungsi blokir dan masalah hukum di Brazil menambah daftar panjang kontroversi yang melanda X sejak ia mengambil alih kepemilikan platform tersebut. Banyak yang mempertanyakan arah dan masa depan X di bawah kepemimpinan Musk yang seringkali tidak dapat diprediksi.
Beberapa analis berpendapat bahwa perubahan fungsi blokir ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan pengguna dan pendapatan X. Pengguna yang merasa tidak aman dan tidak nyaman di platform tersebut mungkin akan beralih ke platform lain yang menawarkan perlindungan lebih baik terhadap pelecehan dan cyberbullying. Selain itu, pengiklan mungkin enggan berinvestasi di platform yang dianggap tidak aman bagi pengguna.
Di sisi lain, beberapa pendukung Musk berpendapat bahwa perubahan ini merupakan langkah penting untuk mempromosikan kebebasan berbicara dan transparansi di X. Mereka berargumen bahwa pengguna harus bertanggung jawab atas konten yang mereka posting dan bahwa pemblokiran seharusnya tidak digunakan sebagai alat untuk menghindari kritik atau perdebatan.
Masa depan X masih belum jelas. Keputusan Musk untuk mengubah fungsi blokir dan masalah hukum di Brazil menunjukkan tantangan besar yang dihadapinya dalam mengelola dan mengembangkan platform tersebut. Apakah X akan berhasil mempertahankan pengguna dan pengiklannya di tengah kontroversi ini, atau apakah platform ini akan terus kehilangan popularitasnya, masih harus dilihat.
Satu hal yang pasti, keputusan Elon Musk akan terus menjadi sorotan dan perdebatan publik. Dunia akan terus mengamati bagaimana ia menavigasi X melalui berbagai tantangan dan kontroversi yang ada di hadapannya. (nova/fine)