RaksasaBisnis
BTN Kebut Akuisisi Bank Syariah, Target Rampung Awal 2025 Demi Kejar Spin Off
Rifinet.com, Jakarta– PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) tengah mempercepat langkah untuk mengakuisisi sebuah bank syariah. Direktur Utama BTN, Nixon L. P. Napitupulu, mengungkapkan bahwa proses akuisisi tersebut berjalan sesuai rencana dan harga telah disepakati dengan calon bank yang akan diakuisisi.
“Prosesnya sedang berjalan. Kami sudah sepakat, setidaknya, harga dengan calon,” kata Nixon kepada wartawan di kantor pusat BTN, Jakarta, Selasa (15/10).
Meskipun enggan menyebutkan nama bank yang akan diakuisisi, rumor yang beredar kuat mengarah pada Bank Victoria Syariah. BTN membutuhkan entitas bank syariah sebagai cangkang untuk menampung Unit Usaha Syariah (UUS) BTN Syariah yang akan di-spin off.
Langkah akuisisi ini didorong oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12/2023 tentang Unit Usaha Syariah. POJK tersebut mewajibkan spin off UUS jika asetnya telah mencapai 50% dari total aset induk atau minimal Rp50 triliun. Aset UUS BTN Syariah sendiri telah mencapai Rp47,78 triliun per Juni 2024, tumbuh 18,94% secara year-on-year (yoy).
“Karena kan POJK-nya, kami harus tertib di tahun depan, November 2025. Jadi kalau bisa kami belinya bisa kelar di awal tahun depan, lalu setelah dibeli baru di-spin off kurang lebih pada Juni atau Juli,” jelas Nixon.
Dengan target spin off di pertengahan 2025, BTN harus merampungkan akuisisi di awal tahun. Hal ini demi memberikan waktu yang cukup untuk memindahkan aset dari induk ke BTN Syariah. Nixon menambahkan bahwa saat ini BTN sedang mengerjakan dokumen yang diminta oleh pemilik entitas calon sebagai bagian dari proses kesepakatan.
Transaksi akuisisi ini baru akan terwujud setelah adanya rapat umum pemegang saham (RUPS) maupun RUPS luar biasa (RUPSLB) pihak terkait. “Kapan RUPS/RUPSLB, kita serahkan kepada pemilik atau pemerintah, tetapi kalau bisa selambat-lambatnya awal tahun lah, ya,” sambung Nixon.
Akuisisi Bank Victoria Syariah?
Kabar mengenai akuisisi Bank Victoria Syariah oleh BTN mencuat setelah BTN membatalkan rencana akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Sumber CNBC Indonesia menyebutkan bahwa nilai transaksi akuisisi Bank Victoria Syariah dikabarkan mencapai Rp1,7 triliun.
Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan belum menerima permohonan terkait rencana akuisisi BTN terhadap Bank Victoria Syariah. “Rencana akuisisi tersebut merupakan kewenangan pemegang saham kedua belah pihak bank,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Edina Rae.
Spin Off untuk Perkuat Ekspansi Syariah
Selain memenuhi kewajiban regulasi, akuisisi dan spin off ini juga merupakan bagian dari strategi BTN untuk memperkuat ekspansi di segmen syariah. Pasar keuangan syariah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp2.370 triliun pada akhir 2023, tumbuh 15,9% yoy.
BTN ingin mengambil peluang tersebut dengan memiliki bank syariah yang kuat dan kompetitif. “Kami optimistis BTN Syariah dapat menjadi salah satu pemain utama di industri perbankan syariah Indonesia,” ujar Nixon dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Senin (8/7/2024).
Meskipun harga telah disepakati, proses akuisisi ini masih memiliki beberapa tantangan. Salah satunya adalah menyelaraskan sistem dan operasional kedua bank pasca akuisisi. BTN perlu memastikan integrasi yang lancar agar tidak mengganggu pelayanan kepada nasabah.
Tantangan lain datang dari persaingan yang semakin ketat di industri perbankan syariah. BTN Syariah harus mampu bersaing dengan bank-bank syariah lain yang telah lebih dahulu berdiri dan memiliki basis nasabah yang kuat. Beberapa pemain besar di industri perbankan syariah antara lain Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah.
Analisis Pakar
Pengamat perbankan syariah, Adiwarman Karim, menilai langkah BTN untuk melakukan spin off dan akuisisi bank syariah sudah tepat. Menurutnya, hal ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi BTN Syariah untuk berkembang.
“Dengan menjadi entitas yang terpisah, BTN Syariah akan lebih fokus dalam mengembangkan produk dan layanan syariah,” kata Adiwarman.
Namun, Adiwarman juga mengingatkan BTN untuk memperhatikan aspek integrasi dan manajemen talenta pasca akuisisi. “Integrasi yang baik dan manajemen talenta yang efektif akan menjadi kunci keberhasilan BTN Syariah ke depan,” tambahnya.
Kinerja BTN Syariah dan Potensi Pertumbuhan
Hingga Juni 2024, aset UUS BTN Syariah mencapai Rp47,78 triliun, tumbuh 18,94% secara year-on-year (yoy). Pembiayaan syariah BTN juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, mencapai Rp40,88 triliun atau tumbuh 20,61% yoy.
Dengan kinerja yang solid dan dukungan dari induk perusahaan, BTN Syariah diharapkan dapat menjadi salah satu pemain utama di industri perbankan syariah Indonesia. Spin off diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan BTN Syariah dengan memberikan fleksibilitas dalam mengembangkan produk dan layanan, melakukan inovasi, dan memperluas jaringan.
Akuisisi bank syariah merupakan langkah strategis BTN untuk memenuhi kewajiban regulasi, memperkuat ekspansi di segmen syariah, dan meningkatkan daya saing. Meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan, BTN optimistis dapat menyelesaikan proses akuisisi ini dengan baik dan membuat BTN Syariah menjadi salah satu bank syariah terkemuka di Indonesia. BTN diharapkan segera menyelesaikan proses akuisisi dan memperoleh persetujuan dari OJK agar spin off BTN Syariah dapat dilakukan sesuai target pada pertengahan 2025. (alief/syam)