ZonaBebas
Banyak Perusahaan PHK Masal Gen Z, Ini Sebabnya !

Rifinet.com, Jakarta– Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tak hanya menerpa pekerja senior, namun juga menghantam generasi muda. Laporan terbaru dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, mengungkap 6 dari 10 perusahaan telah memecat lulusan universitas Gen Z yang baru direkrut tahun ini. Fenomena ini memicu pertanyaan tentang kesiapan Gen Z menghadapi dunia kerja profesional.
Kurangnya motivasi dan profesionalisme memang menjadi alasan utama PHK. Namun, riset Intelligent mengungkap akar permasalahan yang lebih kompleks. Gen Z kerap dianggap kurang proaktif dan kurang memiliki dorongan internal untuk mencapai target kerja (50%). Sikap tidak profesional, seperti sering terlambat, berpakaian tidak pantas, dan kesulitan mengelola beban kerja, juga menjadi sorotan (46%).
Selain itu, Gen Z dianggap kurang mampu mengorganisir tugas, memprioritaskan pekerjaan, dan memenuhi deadline (42%). Kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan, menjadi tantangan bagi sebagian Gen Z (39%). Mereka juga cenderung sensitif terhadap kritik dan sulit menerima masukan untuk perbaikan diri (38%).
Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah kurangnya pengalaman kerja yang relevan (38%), keterampilan pemecahan masalah yang buruk (34%), keterampilan teknis yang tidak memadai (31%), ketidakcocokan budaya (31%), dan kesulitan bekerja dalam tim (30%). Data ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan Gen Z di dunia kerja.
Huy Nguyen, Kepala Penasihat Pendidikan dan Pengembangan Karir Intelligent, menyoroti pergeseran paradigma yang dihadapi Gen Z. “Banyak lulusan perguruan tinggi baru kesulitan beradaptasi dengan dunia kerja. Mereka sering kali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya tempat kerja, dan ekspektasi pekerjaan yang mandiri,” ujarnya.
Gen Z, yang tumbuh di era digital dengan akses informasi tak terbatas, terbiasa dengan fleksibilitas dan instant gratification. Transisi menuju dunia kerja dengan struktur, hierarki, dan tuntutan profesionalisme menjadi tantangan tersendiri.
Laporan ResumeTemplates mengungkapkan kecenderungan Gen Z untuk mengandalkan orang tua dalam mencari kerja. 70% Gen Z mengaku meminta bantuan orang tua, 25% bahkan membawa orang tua ke wawancara kerja. Fenomena ini menimbulkan stigma “Boomerang Generation” yang sulit mandiri. Data ini menunjukkan perlunya peningkatan kemandirian dan kemampuan Gen Z dalam mengelola karier mereka.
Perusahaan mencari kandidat dengan inisiatif, sikap positif, etos kerja yang kuat, adaptabilitas, dan keterbukaan terhadap masukan. Gen Z perlu mengembangkan kualitas-kualitas ini untuk meningkatkan daya saing di bursa kerja.
Mereka perlu fokus pada peningkatan keterampilan lunak (soft skills), seperti komunikasi efektif, kerja tim, problem solving, dan pengelolaan waktu. Selain itu, Gen Z perlu mengembangkan growth mindset, yaitu sikap terbuka terhadap kritik dan masukan, serta terus belajar dan berkembang.
Membangun profesionalisme juga menjadi kunci kesuksesan Gen Z di dunia kerja. Ini termasuk menjaga etika kerja, memenuhi deadline, dan tampil profesional di tempat kerja. Gen Z juga perlu memanfaatkan teknologi dengan bijak, misalnya dengan mengoptimalkan media sosial untuk membangun personal branding dan jejaring profesional. Mencari mentor dan mengikuti pelatihan juga dapat membantu Gen Z meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Perusahaan perlu menyediakan program pendampingan dan pelatihan bagi Gen Z untuk memfasilitasi adaptasi di dunia kerja. Lembaga pendidikan perlu meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri dan membekali mahasiswa dengan keterampilan esensial di dunia kerja. Kolaborasi antara perusahaan, lembaga pendidikan, dan pemerintah sangat penting untuk menjembatani kesenjangan antara ekspektasi dunia kerja dan kesiapan Gen Z.
Fenomena PHK Gen Z merupakan sinyal perlunya peningkatan kesiapan kerja dan penyesuaian ekspektasi antara Gen Z dan dunia profesional. Dengan mengembangkan keterampilan yang relevan, sikap profesional, dan mentalitas yang adaptif, Gen Z dapat menavigasi tantangan di dunia kerja dan mencapai kesuksesan karier. Pemerintah juga perlu menciptakan iklim yang mendukung pengembangan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja bagi Gen Z. (alief/syam)
