RaksasaBisnis
Bank Asing Mulai Berguguran: Commonwealth Bank Pamit, Siapa Berikutnya?
Rifinet.com, Jakarta– Industri perbankan Indonesia kembali menyaksikan babak baru konsolidasi dengan merger efektif antara Bank Commonwealth dan OCBC Indonesia pada 1 September 2024. Merger ini menandai hengkangnya satu lagi bank asing dari panggung persaingan di Tanah Air, menambah panjang daftar institusi keuangan global yang memutuskan undur diri dalam beberapa tahun terakhir.
Bank Commonwealth, unit usaha Commonwealth Bank of Australia (CBA), telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari tiga dekade dengan 24 kantor cabang di 18 kota. Keputusan CBA untuk menjual unit usahanya di Indonesia merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk fokus pada pasar domestik di Australia dan Selandia Baru.
Akuisisi oleh OCBC NISP
Pada November 2023, OCBC NISP mengumumkan akuisisi 99% saham Bank Commonwealthdengan nilai sekitar Rp2,2 triliun. Setelah proses akuisisi rampung, Bank Commonwealth secara resmi diintegrasikan ke dalam OCBC Indonesia, dan nasabah Bank Commonwealth otomatis beralih menjadi nasabah OCBC.
Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, menyatakan bahwa merger ini menandai awal baru bagi kedua entitas yang kini bersatu menjadi kesatuan yang lebih solid dan tangguh. “Dengan menyatukan kekuatan yang dimiliki, OCBC siap melayani basis nasabah yang lebih luas dengan solusi perbankan yang semakin komprehensif di Indonesia, digabungkan dengan kapabilitas OCBC di kawasan ASEAN, Greater China, dan wilayah lainnya,” ujarnya.
Bukan yang Pertama
Hengkangnya Bank Commonwealth bukanlah fenomena baru di industri perbankan Indonesia. Sejumlah bank asing lainnya juga telah memutuskan untuk angkat kaki dari pasar Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, antara lain:
- The Royal Bank of Scotland (RBS): Pada 2017, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin usaha kantor cabang RBS di Indonesia atas permintaan kantor pusatnya di Belanda. Keputusan ini merupakan bagian dari strategi bisnis grup RBS untuk menutup jaringan bisnisnya di 25 negara, termasuk Indonesia.
- Rabobank: Pada 2019, Rabobank Group memutuskan untuk keluar dari Indonesia sebagai bagian dari strategi globalnya untuk fokus pada sektor pangan dan agrikultur. PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) kemudian mengakuisisi PT Bank Rabobank International Indonesia dan menggabungkannya dengan BCA Syariah.
- Bangkok Bank: Pada 2022, OJK mencabut izin usaha kantor cabang Bangkok Bank Public Company Limited setelah bank tersebut terintegrasi dengan PT Bank Permata Tbk. Akuisisi Bank Permata oleh Bangkok Bank telah diselesaikan pada 2020.
Faktor-faktor Pendorong
Keputusan bank-bank asing untuk hengkang dari Indonesia didorong oleh berbagai faktor, antara lain:
- Persaingan Ketat: Industri perbankan Indonesia sangat kompetitif, dengan kehadiran banyak pemain lokal dan asing. Bank-bank asing yang lebih kecil mungkin kesulitan bersaing dengan bank-bank lokal yang lebih besar dan memiliki jaringan yang lebih luas.
- Kompleksitas Regulasi: Regulasi perbankan di Indonesia cukup kompleks dan terus berubah, sehingga menyulitkan bank-bank asing untuk beroperasi secara efisien dan menguntungkan.
- Fokus pada Pasar Inti: Beberapa bank asing memutuskan untuk fokus pada pasar inti mereka di negara asal atau wilayah lain yang dianggap lebih menguntungkan.
- Konsolidasi Industri: OJK mendorong konsolidasi industri perbankan untuk menciptakan bank-bank yang lebih besar, kuat, dan efisien. Hal ini dapat mendorong bank-bank asing yang lebih kecil untuk merger atau diakuisisi oleh bank-bank lokal yang lebih besar.
Dampak bagi Industri Perbankan
Hengkangnya bank-bank asing dapat berdampak pada industri perbankan Indonesia, antara lain:
- Penurunan Persaingan: Berkurangnya jumlah pemain dapat mengurangi tingkat persaingan di industri perbankan.
- Konsolidasi Lebih Lanjut: Merger dan akuisisi antara bank-bank lokal dan asing dapat terus berlanjut.
- Fokus pada Segmen Tertentu: Bank-bank yang tersisa mungkin lebih fokus pada segmen pasar tertentu, seperti korporasi atau ritel.
- Inovasi Teknologi: Bank-bank dituntut untuk terus berinovasi dalam teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah.
Masa Depan Industri Perbankan
Meskipun beberapa bank asing telah hengkang, industri perbankan Indonesia tetap memiliki prospek yang cerah. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, peningkatan kelas menengah, dan penetrasi teknologi digital yang semakin tinggi menciptakan peluang besar bagi bank-bank untuk berkembang.
Namun, bank-bank juga harus siap menghadapi tantangan, seperti persaingan yang ketat, perubahan regulasi, dan perkembangan teknologi yang cepat. Bank-bank yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan terus berinovasi akan menjadi pemenang di masa depan.
Hengkangnya Bank Commonwealth menambah daftar panjang bank asing yang meninggalkan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini merupakan bagian dari dinamika industri perbankan yang terus berkembang. Meskipun demikian, industri perbankan Indonesia tetap memiliki prospek yang cerah, dan bank-bank yang mampu beradaptasi dengan perubahan akan menjadi pemenang di masa depan. (alief/syam)