Connect with us

RaksasaBisnis

Akankah Starlink Membunuh Operator Fixed Broadband?

Published

on

Rifinet.com, Jakarta – Kemunculan Starlink, layanan internet satelit besutan Elon Musk, di Indonesia telah menjadi perbincangan hangat di industri telekomunikasi. Menawarkan kecepatan tinggi dan jangkauan luas, Starlink digadang-gadang sebagai solusi bagi masyarakat di daerah yang belum terjangkau internet cepat, terutama di wilayah pedesaan dan terpencil. Namun, kehadiran Starlink juga memunculkan pertanyaan dan kekhawatiran, terutama bagi para operator fixed broadband(FBB) yang telah lebih dulu hadir.

Salah satu isu yang mengemuka adalah maraknya praktik Starlink RT/RW Net, yaitu penggunaan satu perangkat Starlink untuk beberapa rumah. Praktik ini dinilai dapat mengancam pasar operator FBB, karena menawarkan alternatif layanan internet dengan harga lebih terjangkau. Bayangkan, dengan harga langganan Starlink yang berkisar Rp750.000 per bulan, jika dibagi ke tiga rumah, maka setiap rumah hanya perlu membayar Rp250.000 per bulan untuk menikmati internet berkecepatan tinggi. Harga ini tentu sangat kompetitif dibandingkan dengan layanan FBB yang ada saat ini.

Namun, benarkah Starlink RT/RW Net merupakan ancaman serius bagi operator FBB? Agung Harsoyo, pengamat telekomunikasi dari STEI ITB, memiliki pandangan berbeda. Ia menilai operator FBB tidak perlu terlalu khawatir dengan keberadaan Starlink, termasuk praktik RT/RW Net. Menurutnya, jumlah pengguna Starlink di Indonesia saat ini masih relatif kecil dibandingkan dengan pengguna layanan FBB yang sudah mencapai puluhan juta.

“Meskipun Starlink mulai dilirik masyarakat, penetrasinya masih sangat rendah. Jumlah penggunanya belum signifikan jika dibandingkan dengan pengguna layanan FBB yang sudah mapan,” ujar Agung.

Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) per kuartal II 2024 menunjukkan jumlah pelanggan internet fixed broadband di Indonesia mencapai 10,7 juta, didominasi oleh Telkom dengan pangsa pasar 56,72%. Sementara itu, estimasi jumlah pengguna Starlink di Indonesia masih di bawah 10.000 pengguna.

Advertisement

Agung menambahkan, operator FBB justru seharusnya menjadikan kehadiran Starlink sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas layanan. Persaingan yang sehat akan mendorong operator untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan.

“Operator FBB harus terus berbenah, meningkatkan efisiensi, memperluas jangkauan, dan memberikan harga yang lebih kompetitif kepada pelanggan. Dengan kualitas layanan yang baik dan harga yang terjangkau, operator FBB tidak perlu khawatir bersaing dengan Starlink,” tegas Agung.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga turut menyoroti fenomena Starlink RT/RW Net. APJII mengungkapkan bahwa Starlink telah menerapkan skema Fair Usage Policy(FUP) untuk mencegah penyalahgunaan layanan, termasuk praktik RT/RW Net yang bersifat komersial.

FUP merupakan kebijakan yang membatasi penggunaan internet dalam jumlah tertentu. Jika penggunaan melebihi batas yang ditentukan, kecepatan internet akan diturunkan atau bahkan diblokir. Kebijakan ini umum diterapkan oleh penyedia layanan internet, baik FBB maupun seluler, untuk memastikan kualitas layanan bagi seluruh pelanggan.

“Starlink telah menerapkan FUP yang ketat. Jika terdeteksi penggunaan tidak wajar, seperti penggunaan satu perangkat untuk banyak rumah secara komersial, maka akses internet akan diblokir,” jelas Zulfadly Syam, Sekretaris Umum APJII.

Advertisement

Zulfadly menambahkan, Starlink telah resmi menjadi anggota APJII dan berkomitmen untuk mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia, termasuk aturan terkait penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan perlindungan data pribadi.

Di sisi lain, praktik Starlink RT/RW Net juga dapat dilihat sebagai solusi untuk meningkatkan akses internet di daerah yang belum terjangkau jaringan FBB. Di banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), akses internet masih menjadi kendala. Infrastruktur jaringan FBB yang terbatas, kondisi geografis yang sulit, dan biaya pemasangan yang mahal menjadi hambatan utama.

Starlink, dengan teknologi satelitnya, dapat menjangkau daerah-daerah tersebut tanpa terkendala infrastruktur terestrial. Praktik RT/RW Net memungkinkan masyarakat di daerah tersebut untuk berbagi akses internet Starlink dengan biaya lebih terjangkau, sehingga dapat mempercepat pemerataan akses internet di Indonesia.

Kementerian Kominfo sendiri telah mencanangkan program transformasi digital untuk meningkatkan akses internet di seluruh Indonesia. Program ini mencakup pembangunan infrastruktur jaringan, penyediaan layanan internet murah, dan peningkatan literasi digital masyarakat.

“Pemerintah terus berupaya untuk memperluas akses internet di seluruh Indonesia, termasuk melalui pemanfaatan teknologi satelit. Kami mendorong seluruh stakeholder, termasuk operator telekomunikasi dan penyedia layanan internet satelit, untuk bersama-sama mewujudkan transformasi digital di Indonesia,” ujar Menteri Kominfo, Budi Arie Setiadi, dalam sebuah pernyataan resmi.

Advertisement

Kehadiran Starlink di Indonesia diharapkan dapat melengkapi upaya pemerintah dalam mempercepat transformasi digital, terutama dalam hal peningkatan akses internet dan pemberdayaan masyarakat di daerah 3T.

Namun, Starlink juga menghadapi sejumlah tantangan di Indonesia. Harga perangkat dan layanan Starlink masih relatif mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu, Starlink perlu memastikan ketersediaan layanan purna jual dan dukungan teknis yang memadai bagi pelanggan di Indonesia.

Tantangan lainnya adalah ketergantungan pada izin penggunaan frekuensi dari pemerintah. Starlink perlu mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia, termasuk terkait izin penggunaan frekuensi dan perlindungan data pribadi.

Meskipun demikian, Starlink juga memiliki peluang besar di Indonesia. Tingginya permintaan akan layanan internet cepat, terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan FBB, menjadi peluang bagi Starlink untuk berkembang. Starlink juga dapat menjadi alternatif layanan internet di daerah rawan bencana, di mana jaringan terestrial sering terganggu.

Dengan keunggulan teknologi satelitnya, Starlink diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Akses internet yang cepat dan merata akan mendorong pertumbuhan berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan pariwisata.

Advertisement

Starlink RT/RW Net merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati. Di satu sisi, praktik ini dapat mengancam pasar operator FBB. Di sisi lain, juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan akses internet di daerah tertinggal.

Operator FBB perlu beradaptasi dan berinovasi untuk menghadapi persaingan dengan Starlink. Pemerintah juga perlu menciptakan regulasi yang kondusif untuk mendorong perkembangan industri internet satelit di Indonesia.

Kehadiran Starlink diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam hal peningkatan akses internet dan percepatan transformasi digital. (nova/fine)