CakrawalaTekno
Tak Mau Kalah dengan Microsoft, Google Akan Gunakan Tenaga Nuklir untuk Data Center AI

Rifinet.com, Jakarta – Era kecerdasan buatan (AI) telah membawa revolusi di berbagai sektor, namun di balik kemajuannya terdapat kebutuhan energi yang sangat besar untuk mendukung operasional data center yang menjadi tulang punggung teknologi ini. Menjawab tantangan tersebut, raksasa teknologi Google dan Microsoft mengambil langkah berani dengan beralih ke tenaga nuklir sebagai sumber energi utama untuk data centerAI mereka.
Google baru-baru ini mengumumkan kerjasama dengan Kairos Power, sebuah perusahaan rintisan yang fokus mengembangkan reaktor nuklir modular kecil (Small Modular Reactors/SMR). Kerjasama ini memungkinkan Google untuk membeli listrik dari sekitar tujuh reaktor nuklir yang akan dibangun oleh Kairos Power, dengan target menghasilkan daya total sebesar 500 megawatt. Jumlah ini diproyeksikan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi satu data centerAI.
“Jaringan listrik memerlukan sumber listrik baru untuk mendukung teknologi AI,” ujar Michael Terrell, Direktur Senior Energi dan Iklim Google. “Perjanjian ini membantu mempercepat teknologi baru untuk memenuhi energi yang bersih dan andal, serta membuka potensi AI untuk semua orang.”
Google memilih SMR karena sejumlah keunggulan yang ditawarkannya. Dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional, SMR memiliki desain yang lebih ringkas dan fleksibel, sehingga memudahkan proses produksi dan pemasangan. SMR juga dirancang dengan fitur keamanan pasif yang canggih, yang meminimalkan risiko kecelakaan. Selain itu, penggunaan garam fluorida cair sebagai pendingin, bukan air seperti pada PLTN tradisional, meningkatkan efisiensi dan keamanan reaktor.
Meskipun menjanjikan, proyek ini masih menunggu izin dari Komisi Regulasi Nuklir Amerika Serikat. Kairos Power sendiri telah mendapatkan izin untuk menjalankan demonstrasi teknologi mereka dan memulai pembangunan reaktor nuklir pertama di Tennessee pada Juli 2024, yang diharapkan dapat beroperasi pada tahun 2027. Google menargetkan reaktor nuklir pertama dari Kairos Power akan mulai memasok listrik untuk data center AI mereka pada tahun 2030, dengan lebih banyak reaktor yang akan diaktifkan pada tahun 2035.
Langkah Google ini sejalan dengan tren yang semakin meningkat di industri teknologi, di mana perusahaan-perusahaan berlomba mencari sumber energi yang bersih, andal, dan mampu memenuhi kebutuhan energi data center yang terus meningkat. Microsoft, misalnya, telah lebih dulu menandatangani perjanjian dengan Constellation Energy untuk menghidupkan kembali PLTN Three Mile Island di Pennsylvania.
PLTN ini, yang sempat ditutup pada tahun 2019 setelah mengalami kecelakaan pada tahun 1979, akan diperbarui dan diubah namanya menjadi Crane Clean Energy Center. Constellation Energy akan menginvestasikan dana sebesar 1,6 miliar dollar AS untuk menghidupkan kembali PLTN ini, yang diharapkan dapat beroperasi kembali pada tahun 2028. Energi dari PLTN ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik data centerMicrosoft selama 20 tahun.
Mengapa Nuklir Menjadi Pilihan?
Pergeseran ke tenaga nuklir didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, tenaga nuklir merupakan sumber energi yang bebas emisi karbon, sehingga berkontribusi pada upaya mengurangi dampak perubahan iklim. Kedua, PLTN dapat beroperasi secara terus-menerus, menyediakan pasokan listrik yang stabil dan andal, sesuatu yang sangat penting untuk menjaga operasional data center yang berjalan 24/7. Ketiga, PLTN memiliki kepadatan energi yang tinggi, artinya PLTN dapat menghasilkan jumlah energi yang besar dari jumlah bahan bakar yang relatif kecil.
Meskipun menawarkan banyak keunggulan, tenaga nuklir juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Biaya pembangunan PLTN yang tinggi, penanganan limbah nuklir, dan risiko kecelakaan merupakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Namun, dengan kemajuan teknologi dan peningkatan standar keamanan, tenaga nuklir diharapkan dapat memainkan peran yang semakin penting dalam mendukung perkembangan industri teknologi.
Langkah Google dan Microsoft menunjukkan bahwa tenaga nuklir memiliki potensi besar untuk menjadi sumber energi utama bagi data center di masa depan. Namun, penting untuk diingat bahwa tenaga nuklir bukanlah satu-satunya solusi. Diversifikasi sumber energi, termasuk pengembangan energi terbarukan seperti energi surya dan angin, tetap menjadi kunci untuk menciptakan sistem energi yang berkelanjutan dan mendukung pertumbuhan industri teknologi yang bertanggung jawab.
Selain itu, transparansi dan keterlibatan publik juga sangat penting dalam pengembangan dan penggunaan tenaga nuklir. Perusahaan teknologi perlu secara proaktif berkomunikasi dengan masyarakat mengenai rencana, teknologi, dan langkah-langkah keamanan yang diambil untuk memastikan operasional yang aman dan bertanggung jawab.
Dengan pendekatan yang holistik dan komitmen terhadap keamanan dan keberlanjutan, tenaga nuklir dapat menjadi salah satu pilar penting dalam mendukung revolusi AI dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua. (nova/fine)
