Connect with us

ZonaBebas

Gaji Bukan Segalanya, Gen Z Pilih Kerja Asyik Berkat AI

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Kecerdasan buatan (AI) telah memicu transformasi besar-besaran di dunia kerja, mengubah cara kita bekerja, berinteraksi, dan bahkan memandang pekerjaan itu sendiri. Tidak lagi sekadar alat untuk meningkatkan produktivitas, AI kini dipandang sebagai kunci untuk menciptakan pengalaman kerja yang lebih personal dan memuaskan. Studi terbaru dari HP Inc., “HP Work Relationship Index (WRI)”, mengungkapkan lonjakan dramatis dalam adopsi AI di kalangan pekerja intelektual global.

Pada tahun 2024, 66% pekerja intelektual global telah mengintegrasikan AI ke dalam rutinitas kerja mereka, meningkat tajam dari 38% pada tahun sebelumnya. Di Indonesia, angka ini bahkan lebih mengesankan, mencapai 87%, menunjukkan bahwa pekerja Indonesia berada di garis depan dalam mengadopsi teknologi baru ini.

Studi ini mengungkap bahwa AI telah merevolusi cara pekerja memandang pekerjaan mereka. Sebanyak 73% pekerja global dan 92% pekerja Indonesia melaporkan bahwa AI membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Lebih dari dua pertiga pekerja global dan hampir 9 dari 10 pekerja Indonesia bahkan secara aktif menyesuaikan penggunaan AI mereka untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya membantu pekerja menyelesaikan tugas lebih cepat dan efisien, tetapi juga memberikan mereka kendali lebih besar atas cara mereka bekerja.

Managing Director HP Indonesia, Choon Teck Lim, menyoroti dampak positif AI pada hubungan pekerja dengan pekerjaan mereka. “Peningkatan penggunaan AI sangat drastis dibandingkan tahun lalu. Pekerja yang menggunakan AI merasakan manfaatnya, termasuk hubungan yang lebih sehat dengan pekerjaan,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa AI dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kesejahteraan karyawan.

Salah satu temuan paling menarik dari studi ini adalah pentingnya personalisasi dalam dunia kerja yang semakin didorong oleh AI. Sebanyak 69% pekerja global dan 87% pekerja Indonesia percaya bahwa kebutuhan kerja yang dapat dipersonalisasi akan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Menariknya, keinginan untuk personalisasi ini begitu kuat sehingga mayoritas pekerja rela mengorbankan sebagian gaji mereka demi hal tersebut.

Advertisement

Secara global, rata-rata pekerja bersedia memberikan hingga 14% dari gajinya untuk personalisasi. Namun, generasi muda, khususnya Gen Z, menunjukkan antusiasme yang lebih besar. Pekerja Gen Z secara global bersedia memberikan sebanyak 19% dari gaji mereka untuk pengalaman kerja yang lebih personal. Di Indonesia, angka ini mencapai 95%, menunjukkan betapa pentingnya personalisasi bagi pekerja di negara ini. Hal ini mencerminkan perubahan dalam nilai-nilai dan harapan generasi muda terhadap pekerjaan, di mana mereka mencari lebih dari sekadar kompensasi finansial.

Choon Teck Lim menekankan bahwa masa depan dunia kerja akan ditentukan oleh kemampuan kita untuk memanfaatkan kekuatan AI dalam menciptakan solusi dan pengalaman yang mendorong pertumbuhan bisnis sekaligus memungkinkan individu mencapai kepuasan pribadi dan profesional.

Studi HP WRI, yang melibatkan 15.600 responden lintas industri di 12 negara, termasuk Indonesia, memberikan gambaran komprehensif tentang hubungan pekerja dengan pekerjaannya. Di Indonesia, 44% pekerja intelektual melaporkan memiliki hubungan yang sehat dengan pekerjaan. Angka ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung dan memberdayakan bagi pekerja Indonesia.

Temuan ini memiliki implikasi penting bagi bisnis dan individu. Bagi bisnis, menyediakan pengalaman kerja yang dipersonalisasi, termasuk ruang kerja yang disesuaikan, akses terhadap teknologi pilihan, dan lingkungan kerja yang fleksibel, dapat menjadi strategi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, menarik dan mempertahankan talenta terbaik, serta mendorong pertumbuhan bisnis. Perusahaan yang dapat memanfaatkan AI untuk memahami kebutuhan dan preferensi karyawan secara individual akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar tenaga kerja yang semakin ketat.

Bagi individu, memahami dan memanfaatkan potensi AI untuk personalisasi dapat membuka peluang baru untuk mencapai kepuasan dan kesuksesan dalam karier. Generasi muda, khususnya Gen Z, yang tumbuh di era digital dan akrab dengan teknologi, menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap AI dan personalisasi.

Advertisement

Mereka akan menjadi pendorong utama dalam membentuk lanskap dunia kerja di masa depan. Individu yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi baru dan memanfaatkannya untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman kerja mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital ini.

Meskipun AI menawarkan banyak peluang, penting untuk mengakui tantangan yang mungkin muncul. Perusahaan perlu memastikan bahwa mereka memiliki infrastruktur teknologi, pelatihan, dan kebijakan yang memadai untuk mendukung penggunaan AI secara efektif, etis, dan bertanggung jawab.

Hal Ini termasuk memastikan transparansi dalam penggunaan data, melindungi privasi karyawan, dan mencegah bias dalam algoritma AI. Individu juga perlu terus mengembangkan keterampilan mereka, baik teknis maupun non-teknis, agar tetap relevan dan adaptif di era AI. Keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan kemampuan belajar sepanjang hayat akan semakin penting di masa depan.

Secara keseluruhan, studi HP WRI melukiskan gambaran optimis tentang masa depan dunia kerja yang didukung oleh AI. Dengan pendekatan yang tepat, AI dapat menjadi katalisator untuk menciptakan pengalaman kerja yang lebih personal, produktif, dan memuaskan bagi semua. Perusahaan dan individu yang dapat memanfaatkan potensi AI secara efektif akan memiliki peluang besar untuk berkembang dan sukses di era digital ini. (nova/fine)

Advertisement