CakrawalaTekno
Biaya Melatih AI Generasi Terbaru Capai Triliunan Rupiah, Picu Krisis Energi
Rifinet.com – Perlombaan pengembangan kecerdasan buatan (AI) generasi terbaru, seperti GPT-4 milik OpenAI, memicu lonjakan biaya pelatihan yang fantastis, mencapai ratusan triliun rupiah.
CEO Anthropic AI, Dario Amodei, memprediksi biaya ini akan terus meroket hingga 100 miliar dolar AS (Rp1.500 triliun) dalam tiga tahun ke depan.
“Saat ini, biaya melatih model AI mencapai 100 juta dolar AS. Namun, ada model yang sedang dikembangkan dengan biaya mendekati 1 miliar dolar AS,” ungkap Amodei dalam podcast “In Good Company“.
Lonjakan biaya ini terutama disebabkan oleh kebutuhan perangkat keras (hardware) canggih, seperti Graphics Processing Unit (GPU) khusus, yang menjadi jantung pusat data AI.
Tahun lalu, OpenAI dilaporkan membutuhkan lebih dari 30.000 GPU untuk melatih ChatGPT, dengan biaya mencapai 100 juta dolar AS.
Permintaan GPU untuk pusat data AI diproyeksikan meningkat secara eksponensial. Elon Musk, misalnya, berencana membeli 300.000 chip Nvidia B2 untuk melatih chatbot Grok, sementara OpenAI dan Microsoft berkolaborasi membangun pusat data AIsenilai 100 miliar dolar AS.
Selain biaya hardware, konsumsi listrik untuk mengoperasikan pusat data AIjuga menjadi perhatian serius.
Total konsumsi listrik GPUpusat data tahun lalu setara dengan konsumsi 1,3 juta rumah tangga. Pemerintah AS bahkan telah mengeluarkan peringatan terkait lonjakan kebutuhan listrik ini.
Microsoft, sebagai salah satu pemain utama dalam pengembangan AI, berencana membangun reaktor nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik pusat datanya.
Langkah ini menunjukkan betapa besarnya dampak pengembangan AI terhadap sektor energi.
Perlombaan AIgenerasi terbaru tidak hanya menjanjikan kemajuan teknologi yang revolusioner, tetapi juga menghadirkan tantangan besar dalam hal biaya dan konsumsi energi.
Bagaimana industri AI mengatasi tantangan ini akan menjadi kunci keberlanjutan dan kesuksesan pengembangan AI di masa depan.