Connect with us

E-Commerce

Temu Siap Bersaing, Era Bakar Uang E-commerce Indonesia Kembali?

Published

on

Rifinet.com, Jakarta– Pasar e-commerce Indonesia diperkirakan akan memasuki babak baru dengan kehadiran aplikasi belanja asal Tiongkok, Temu. Dikenal sebagai platform dengan harga sangat terjangkau, Temu membawa konsep belanja online berbasis koneksi langsung dengan pabrik di Tiongkok, berpotensi mengguncang pasar e-commerce Indonesia yang didominasi oleh Shopee, Tokopedia, dan TikTok Shop.

Sejak beroperasi di pasar Amerika Serikat pada 2022, Temu telah menarik perhatian global dengan menawarkan harga kompetitif, diskon besar-besaran, dan strategi pemasaran agresif. Koneksi langsung dengan lebih dari 80 pabrik di Tiongkok memungkinkan Temu memangkas rantai distribusi, menghadirkan barang langsung dari produsen ke konsumen tanpa perantara. Dengan demikian, harga produk yang ditawarkan Temu jauh lebih rendah dibandingkan e-commerce tradisional.

Ekonom Digital dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai bahwa kehadiran Temu akan memaksa Shopee dan Tokopedia kembali menerapkan strategi “bakar uang” untuk mempertahankan posisi mereka. “Konsumen Indonesia sangat price-oriented, sehingga strategi harga murah akan sangat berpengaruh dalam merebut pasar,” ujar Huda dalam wawancara, Selasa (8/10/2024). Menurutnya, Temu kemungkinan besar akan mengikuti strategi yang sama seperti yang dilakukan di Amerika Serikat untuk mempenetrasi pasar Indonesia.

Potensi Perubahan Kontribusi GMV E-commerce Indonesia

Saat ini, Shopee memimpin pasar e-commerce Indonesia dengan kontribusi Gross Merchandise Value (GMV) mencapai 40% atau sekitar US$21,52 miliar pada 2023, menurut laporan Momentum Works. Di posisi kedua, Tokopedia memiliki kontribusi 30%, diikuti oleh TikTok Shop sebesar 9%, dan Bukalapak 11%. Dengan masuknya Temu, angka-angka ini berpotensi berubah, terutama jika Temu dapat menarik konsumen melalui strategi harga rendah dan promosi besar-besaran.

Temu telah terbukti sukses bersaing dengan raksasa e-commerce lainnya di Amerika Serikat, seperti Amazon. Huda menilai, keberhasilan serupa mungkin terjadi di Indonesia jika Temu menggunakan strategi yang sama, termasuk pendanaan besar untuk promosi. Namun, jika tidak memiliki dana besar, Temu akan sulit menyaingi Shopee dan Tokopedia yang memiliki basis pengguna yang luas dan loyal.

Advertisement

Indonesia Pasar E-commerce yang Sensitif Harga

Sebagai pasar dengan persaingan ketat, sektor e-commerce Indonesia masih didominasi oleh strategi harga murah untuk menarik konsumen. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pertumbuhan transaksi e-commerce sempat melambat pada tahun lalu, namun prospek jangka panjang masih tetap cerah. Temu tampaknya melihat peluang besar di Indonesia, sebuah pasar yang besar dan memiliki potensi daya beli yang kuat meskipun sensitif terhadap harga.

“Pangsa pasar Indonesia menarik bagi e-commerce global, terutama yang berasal dari Tiongkok seperti Temu. Mereka tidak akan masuk jika tidak melihat potensi pasar yang kuat,” tambah Huda.

Dampak bagi UMKM dan Potensi Kerjasama Lokal

Tidak sedikit yang khawatir bahwa kehadiran Temu akan mempersulit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal yang sudah berjuang keras di pasar yang penuh kompetisi. Namun, Ketua Umum Indonesia Digital Economy Council (Idiec), Tesar M. Sandikapura, melihat potensi lain. Menurutnya, Temu mungkin justru akan menggandeng pemain lokal, memberikan peluang bagi UMKM untuk memperluas jangkauan mereka ke konsumen baru.

“Kehadiran Temu belum tentu berdampak buruk bagi UMKM. Justru ada peluang bagi mereka untuk bermitra dengan Temu dan memanfaatkan platform tersebut untuk memasarkan produk mereka,” kata Tesar.

Namun, dia juga menyoroti bahwa masih ada produk-produk luar negeri yang mendominasi platform e-commerce di Indonesia, baik di Shopee, TikTok Shop, maupun Lazada. Tesar menambahkan bahwa selama Temu fokus menjual barang-barang murah, dampak pada persaingan bisnis secara keseluruhan mungkin tidak akan terlalu signifikan.

Advertisement

Strategi Bakar Uang dan Tantangan Keberlanjutan

Era “bakar uang” bukan hal baru di sektor e-commerce Indonesia. Beberapa platform besar, termasuk Shopee dan Tokopedia, telah melakukan berbagai promosi dan diskon besar untuk meningkatkan pangsa pasar mereka, seringkali dengan menanggung kerugian jangka pendek. Strategi ini berhasil menciptakan basis pelanggan yang besar, tetapi menimbulkan tantangan keberlanjutan. Temu, dengan dukungan finansial besar dari investor, diperkirakan akan mengikuti jejak ini untuk menarik konsumen Indonesia yang price-sensitive.

Namun, para ahli memperingatkan bahwa strategi “bakar uang” bisa berdampak negatif dalam jangka panjang jika tidak dikelola dengan hati-hati. “Meski promosi besar-besaran dapat menarik pelanggan, perusahaan perlu memperhatikan keberlanjutan dan efisiensi operasional. Biaya pemasaran yang tinggi dapat menggerus margin keuntungan mereka,” ujar Huda.

Tantangan Logistik dan Kepuasan Pelanggan

Temu mungkin unggul dalam harga murah, namun tantangan logistik tetap menjadi aspek krusial yang harus diperhatikan dalam bersaing di pasar Indonesia yang luas dan beragam. Berbeda dengan pasar Amerika Serikat, Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang memerlukan sistem distribusi yang kompleks dan efektif. Konsumen Indonesia menginginkan barang cepat sampai dengan biaya pengiriman rendah, faktor yang dapat menjadi tantangan bagi Temu yang masih baru memasuki pasar ini.

Huda menambahkan, “Jika Temu tidak dapat menyelesaikan masalah logistik dengan baik, maka mereka akan kesulitan bersaing dengan Shopee dan Tokopedia yang sudah memiliki infrastruktur logistik yang kuat di Indonesia.”

Outlook E-commerce Indonesia dan Perubahan Dinamis

Meski target pertumbuhan e-commerce tahun ini tidak sebesar perkiraan awal, peluang tetap terbuka lebar bagi para pemain baru. Kehadiran Temu bisa menjadi katalis perubahan di sektor e-commerce Indonesia, yang terus berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan konsumen. Pemain e-commerce yang ada mungkin perlu mengembangkan strategi baru untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.

Advertisement

Beberapa pihak melihat kehadiran Temu sebagai ancaman, sementara yang lain melihatnya sebagai kesempatan untuk mendorong inovasi dan meningkatkan layanan pelanggan. Namun, satu hal yang pasti: persaingan akan semakin ketat dan para pemain e-commerce di Indonesia akan terus berupaya meningkatkan layanan mereka.

Dalam persaingan ketat ini, konsumen diuntungkan dengan adanya lebih banyak pilihan dan penawaran menarik. Seiring dengan meningkatnya persaingan, pelanggan dapat menikmati harga yang lebih rendah dan pelayanan yang lebih baik. Namun, dengan munculnya pemain baru seperti Temu yang membawa model bisnis yang efisien dan harga kompetitif, e-commerce Indonesia akan memasuki fase dinamis yang penuh tantangan dan peluang.

Keberhasilan Temu di pasar Indonesia akan sangat ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi dengan kondisi lokal, termasuk persaingan ketat dan tantangan logistik. Di sisi lain, Shopee dan Tokopedia masih memiliki posisi yang kuat dan terus berinovasi untuk menjaga dominasi mereka.

Dengan demikian, hanya waktu yang akan menjawab apakah Temu benar-benar dapat mengguncang pasar e-commerce Indonesia atau hanya menjadi pesaing sementara di tengah dominasi raksasa e-commerce lokal. (nova/fine)

Advertisement